Mohon tunggu...
Politik

K.H. Maruf Amin Gagal Terapkan Strategi Usang TKN

19 Maret 2019   15:55 Diperbarui: 19 Maret 2019   16:40 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: jabar.tribunnews.com

Salah satu hal yang konyol dalam debat Cawapres pada tanggal 17 Maret 2019 kemarin adalah Pertanyaan KH. Maruf Amin yang ditujukan untuk Sandiaga Uno. Pada debat langsung sesi II tersebut, KH Maruf Amin tiba-tiba berdiri sambil memegang secarik kertas. Tidak lama setelah itu, Maruf Amin mencopot kacamatanya sambil berusaha membaca secarik kertas tersebut dengan berhati-hati. 

"Apakah instrumen dalam pemerintah pusat yang bisa digunakan untuk melihat bagaimana suatu daerah membelanjakan anggaran pendidikannya sehingga output daripada dana transfer daerah tersebut bisa dipantau?" Pertanyaan ini sangat khas dari kubu Jokowi. Sontak kita teringat bagaimana Jokowi menjebak Prabowo dalam Debat Capres 2014 dengan pertanyaan mengenai TPID tanpa memberikan penjelasan apa-apa kepada Prabowo. Kita juga teringat bagaimana Jokowi berusaha menjebak Prabowo dalam Debat Capres 2019 menggunakan pertanyaan Unicon tanpa menjelaskan apa itu.

Pertanyaan KH Maruf Amin kemarin benar-benar dipersiapkan oleh TKN. Bagaimana tidak, kalau tidak dipersiapkan, mengapa harus ditulis segala? Tapi kita tetap menghargai usaha yang telah dilakukan oleh TKN untuk menjebak Sandiaga Uno. Hasilnya pun sesuai yang diharapkan oleh TKN, Sandiaga Uno juga tidak menjawab dengan detail instrumen apa yang dimaksudkan dari pertanyaan tersebut. Sehingga TKN sudah bersiap-siap untuk membully habis Sandi yang dianggap tidak paham NPD dan Dapodik adalah instrumen yang dimaksud. 

Namun, strategi untuk membully Sandi dari jebakan tersebut urung dilaksanakan, semua karena KH. Maruf Amin yang terus membaca kertas contekan tersebut sepanjang Sandi menjawab. Entah apa di dalam benak KH. Maruf Amin, yang pasti raut muka sang Kiai sangat bingung mendengar jawaban Sandi. 

Setelah itu dibacanya lagi kertas tersebut berulang kali dari atas ke bawah, dari kiri kanan, namun Cawapres 01 justru semakin terlihat bingung. Ketika tiba saatnya Maruf Amin menjawab, lagi-lagi Pak Yai menjawab dengan membaca kertas tersebut dengan lantang mengenai NPD (Neraca Pendidikan Daerah bukan Narcissistic Personality Disorder atau biasa disingkat NARSIS) dan DEPODIK (mungkin maksudnya Pak Yai adalah DAPODIK = Data Pokok Pendidikan).

Di situlah letak KH Maruf Amin telah menggagalkan rencana TKN. Mengapa? Baik Sandi maupun Maruf Amin juga tidak familiar dengan NPD dan Dapodik. Bahkan mungkin Mahfud MD pun juga tidak paham instrumen teknis apa yang dimaksud. Lembaga yang paham instrumen itu adalah Kementerian Pendidikan RI, Kementerian Keuangan RI, dan Dinas Pendidikan daerah. 

Selain itu mungkin penulis pertanyaan tersebut yang tahu persis mengenai NPD dan Dapodik. Jadi dapat disimpulkan Debat Langsung Sesi II mendapatkan skor Sandiaga 0, Maruf Amin 0, secarik kertas pertanyaan mendapatkan skor 1000. Ya iyalah. Dia yang tanya, dia juga yang jawab. Siapa yang debat dan siapa yang susun pertanyaan menjadi tidak jelas. Konyol tingkat tinggi. Kayak main tebak-tebakan yang ga seru. Cuma dia Yang tau jawabannya.

Saya hanya prihatin, bagaimana secarik kertas telah menjadi instrumen yang mampu mengebiri intelektualitas tokoh politik akhir-akhir ini, dimulai dari KH Maimoen Zubair dan sekarang KH Maruf Amin. Saya sedih, orang-orang dibalik layar Jokowi mungkin sudah terbiasa mendikte Presiden Jokowi, kini sudah mulai mendikte sang Kiai. Apa jadinya Negara ini kalau mereka terus berkuasa?

Oleh: Frank Wawolangi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun