Mohon tunggu...
MILA UTAMI S
MILA UTAMI S Mohon Tunggu... Diplomat - Researcher personality

Singing | Energy and Policy

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Geopolitik Selat Malaka dan Selat Lombok Sebagai Geostrategis dan Geoekonomi di Indonesia

13 Oktober 2020   09:10 Diperbarui: 13 Oktober 2020   09:18 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Jalur Pelayaran dan Startegis di Asia Pasifik (Jean-Paul, 2004)

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki empat dari tujuh chokepoints dunia yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makassar. Chokepoints atau titik sempit adalah konsep umum dalam geografi transportasi yang merujuk pada lokasi yang membatasi kapasitas sirkulasi dan tidak mudah untuk dilewati (Jean-Paul, 2004). 

Berdasarkan Lemhannas, chokepoints Indonesia termasuk dalam poros maritim yang merupakan pusat jalur vital perdagangan laut (sea of trade center) dunia dan jalur pelayaran silang yang menghubungkan jalur pelayaran kapal – kapal dari utara-selatan maupun barat-timur (Lemhannas RI, 2017).

Selat Malaka merupakan titik terpadat kedua jalur perdagangan minyak dunia setelah Selat Hormuz (EIA, 2017). Hampir 61% total produksi minyak global transit melalui Selat Malaka. Selat Malaka terletak di sepanjang Indonesia, Malaysia, Singapura yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Samudra Pasifik melalui Laut Cina Selatan dan merupakan rute terpendek antara pemasok Teluk Persia ke pasar utama Asia dibandingkan dengan Selat Lombok dan Selat Makassar. 

China sebagai negara dengan konsumsi minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat sangat bergantung pada Selat Malaka karena pasokan minyak Cina dikirim melalui Selat Malaka. Selain itu Selat Malaka juga merupakan jalur transit Liquefied Natural Gas (LNG) dari Teluk Persia dan Afrika, khususnya Qatar ke negara – negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan. 

Selat Malaka hanya memiliki lebar 1,7 mil sehingga menciptakan hambatan seperti potensi tabrakan, grounding, atau tumpahan minyak. Selain itu berdasarkan International Maritime Bureau's Piracy Reporting Centre, Selat Malaka rawan akan tindakan pembajakan terhadap kapal – kapal tanker. Selain sebagai jalur perdagangan minyak, Selat Malaka juga merupakan jalur utama dalam transportasi maritim untuk Indonesia-Eropa, wilayah Asia Tenggara, Asia Timur dan Australia. 

Tiap tahunnya barang dan jasa melewati Selat Malaka bernilai jutaan Euro dimana untuk mengakomodasi proses angkut dan bongkar muat dilakukan di lima pelabuhan Internasional di sekitar Selat Malaka, seperti Pelabuhan Singapura, Pelabujan Klang, Pelabuhan Johor, Pelabuhan Pulau Pinang, dan Pelabuhan Belawan (Kurniawan, 2017).

Selat Lombok adalah salah satu jalur perdagangan internasional dan jalur pelayaran silang yang membentang dari Eropa Barat ke arah timur menuju Asia Timur dan Amerika Serikat serta merupakan pintu masuk selatan pelayaran kapal – kapal menuju Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur. Selat Lombok termasuk dalam jalur perairan yang penting di Indonesia karena adanya aktivitas transportasi laut mancanegara menuju negara – negara di utara Indonesia seperti China, Jepang, Filipina, Rusia dan lainnya yang sebagian melewati Selat Malaka dan sebagian melewati Selat Lombok. 

Secara geografis, Selat Lombok memiliki lebar 11,5 mil dengan kedalaman laut lebih dari 150 meter sehingga Selat Lombok aman untuk dilewati kapal – kapal besar seperti kapal super tanker yang tidak dapat melewati Selat Malaka yang sempit. Selat Lombok juga berguna sebagai jembatan destinasi wisata antar Pulau Bali dan Pulau Lombok. Selat Lombok juga memiliki kekayaan biota laut serta sumber ekonomi pariwisata bahari.

Dengan potensi Selat Malaka dan Selat Lombok sebagai jalur perdagangan dan pelayaran internasional maka sudah seharusnya potensi ini dapat dikembangkan dan digunakan sebagai strategi untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan Indonesia. Ditinjau dari keberadaan dan perannya yang penting maka Selat Malaka dan Selat Lombok memiliki sisi geopolitik. 

Sedangkan jika ditinjau dari letak Indonesia yang berada di Kawasan Asia Tenggara yang berada pada posisi silang perdagangan international yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah, tenaga kerja dan pasar yang potensi termasuk dalam geopolitik sebagai geostrategi. Selat Malaka dan Selat Lombok memiliki pengaruh yang besar terhadap perdagangan, pelayaran, energi bahkan ekonomi dunia karena hampir seluruh kapal – kapal dagang internasional termasuk kapal – kapal tanker yang membawa minyak untuk memenuhi kebutuhan energi negara – negara di Asia terutama China, maka jika Indonesia menutup Selat Malaka dan Selat Lombok untuk kapal – kapal asing maka akan memberi dampak yang besar bagi sektor perdagangan, pelayaran, energi bahkan ekonomi dunia. 

Jika Indonesia dapat menguasai kedua selat tersebut maka akan berdampak terhadap ekonomi Indonesia karena Indonesia mendapatkan pajak dari adanya aktivitas keluar masuk kapal – kapal perdagangan internasional yang tiap tahunnya mengalami peningkatan maupun aktivitas turis mancanegara yang datang ke Indonesia. Adapun cara yang dapat dilakukan di Selat Malaka yaitu dengan mengambil ruang udara atas Selat Malaka dari Radar Singapura, sedangkan di Selat Lombok perlu adanya radar pemantau navigasi seperti VTIS (Vessel Traffic Information Service) serta penentuan TSS pada jalur pelayaran intenasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun