Mohon tunggu...
Mila Firdaus Yusuf
Mila Firdaus Yusuf Mohon Tunggu... -

just wanna share with the world by words...!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ke Mana Perginya Keromantisan ???

27 Desember 2011   11:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:41 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

~ Saat awal - awal menikah.............

Setiap pagi kau bangunkan lelap tidurku dengan satu kecupan. Entah itu di bibir, di pipi, dan kadang di  kening, atau bahkan di bagian mana saja yang kau inginkan. Dan jika udara dingin membuatku jadi malas untuk mandi, kau selalu  membujukku  seolah - olah aku adalah anak kecil yang sedang ngambek karena tak dibelikan mainan. Lalu kaupun menggendongku dengan penuh cinta, memandikanku dengan busa asmara, dan untuk seterusnya kupikir pembaca sudah tahu kelanjutannya...!!

Saat sarapan, kau memuji lezatnya pancake strawberry buatanku yang sebenarnya rasanya masih acak- acakan. Kau memaklumi keadaanku yang tak terlalu lihai mengolah masakan. Saat berangkat ke kantor, kembali kau daratkan dua ciuman, satu di bibir sebagai tanda cinta yang membara, dan satu lagi di kening sebagai tanda kasih sayang yang mendalam. Dan akupun mengiringi keberangkatanmu dengan doa dan lambaian tangan dan selalu kau balas dengan senyuman dan kecupan khayalan..Ya Tuhan, semoga kau limpahkan rejeki yang halal dan baik kepada suamiku hari ini, dan berilah dia keselamatan sampai ke tempat tujuan..!

Dan setiap pukul 12 siang, kau menelponku hanya sekedar untuk menanyakan apakah aku sudah makan. Jika kujawab belum, kau menawarkan untuk pulang menjemputku agar bisa makan di luar. Dan jika jawabanku ya, maka kau akan menghabiskan jam istirahatmu hanya untuk merangkai untaian kata cinta dan rindu untukku, dan mengatakan bagaimana kau selalu terbayang bayang dengan 'atraksi' yang kita lakukan semalam...!

Saat pulang ke rumah kau selalu membawa buket bunga lily di tangan. Kadang dibarengi ajakan makan malam romantis atau sekedar nonton film - film Hollywood yang baru dirilis. Saat sedang jalan - jalan di luar tak sedetikpun genggaman tangan kita berpencar. Bahkan pelukanmu di pinggangku terasa semakin erat jika kau melihat ada laki - laki lain yang sedang menatapku dengan pandangan terpikat. Seolah- olah kau ingin mengumumkan pada pria di seluruh dunia, bahwa diriku cuma kamu yang punya.

Kadang ada saat  kau harus pulang agak malam. Dan  kau sengaja menahan lapar agar bisa mencicipi hidangan makan malam yang terlanjur kubuat dengan susah payah, karena tak ingin membuatku kecewa. Bahkan dengan senang hati kau membantu membereskan dan mencuci piring bekas makanmu agar tak menambah beban penatku yang seharian telah merawat istana mungilmu tanpa seorang pembantu.

Hari bersejarah tentang hubungan kita tak pernah absen kita rayakan. Kau sengaja mengingatkanku dengan menulisnya di selembar kartu ucapan. Kau begitu hapal luar kepala tanggal saat kita pertama kali bertemu, saat kita pertama kali berkencan, saat pertama  kau mengungkapkan sayang, bahkan saat pertama kali kita berciuman. Ah..kau benar - benar pandai membuat perasaanku melayang bak di awang-awang...!

Hari yang membahagiakan itu tiba. Aku hamil anakmu yang pertama. Kau begitu bahagia mendengarnya dan tak henti menghadiahiku dengan sejuta pelukan dan ciuman. Dan yang paling membuatku bahagia adalah kau benar -  benar mengerti bagaimana menderitanya isteri yang sedang hamil muda. Kau sempat menangis karena tak tega melihatku muntah- muntah hebat dan hanya bisa berbaring di ranjang seperti orang sekarat. Dengan kasih sayang kau menyuapiku agar aku mau makan makanan yang kau hidangkan. Tak lupa sehari 3x, dengan senang hati kau yang membuatkan susu untuk nutrisi kehamilan. Semua keinginan dan permintaan anehku kau kabulkan walau itu harus kau lakukan di tengah malam. Semua pekerjaan rumah tak kau izinkan untuk kukerjakan. Kau belikan semua buku literatur kehamilan sebagai bekal pengetahuanku yang akan segera menjadi seorang ibu.

Sembilan bulan kemudian anak kita lahir. Dunia tersenyum menyambut kelahiran putra pertama kita. Kita saling berebut untuk memberinya nama. Ah, aku benar - benar bahagia. Aku merasa hidupku begitu sempurna. Terima kasih Tuhan, karena Kau telah mengirimkan seorang lelaki yang begitu penyayang untuk menjadi teman hidupku......!!!

~ 12 tahun kemudian.....................

Kubangunkan nyenyak tidur pagimu dengan satu kecupan di dahi. Tanpa membalas kau langsung ngeloyor pergi ke kamar mandi. Sarapan tak kau habiskan dengan alasan sedang buru - buru untuk menghadiri pertemuan. Kau berangkat ke kantor cukup dengan satu lambaian tangan, di bibir dan keningku tak tertinggal satupun kecupan. Tapi aku tetap mengantar kepergianmu sampai kendaraanmu hilang dari pandangan. Tak ada SMS atau pun telpon darimu lagi saat jam makan siang. Dan aku sudah tak ingat kapan kita terakhir kali makan ataupun jalan - jalan di luar sambil berpelukan atau bergandengan tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun