Mohon tunggu...
Mila Vanila
Mila Vanila Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang perempuan yang senang berenang dalam kata-kata dan senang merias wajah..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Berbagi itu Membahagiakan

13 November 2014   09:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya selalu senang dengan dunia anak-anak. Ada keriaan ketika berkumpul bersama mereka dan selalu ada cerita polos yang khas anak-anak. Ingatan saya kembali saat masih kuliah dulu di kampus tercinta di bilangan lenteng agung. Saat saya mulai tergerak untuk berbagi dengan anak-anak yang tinggal di sekitar kampus.

Saat sore tiba, saya sering mengamati mereka bermain di pinggiran lapangan yang tak jauh dari empang entah bermain tanah atau berlarian. Mereka anak-anak yang orang tua nya tak memprioritaskan anaknya dengan les atau pun kursus macam-macam. Karena dengan sekolah saja sudah cukup. Tak ada yang salah dengan hal ini sih, karena saya tak mau mencari tau kenapa. Yang saya tahu bahwa sekolah saja sudah merupakan kebutuhan yang sulit untuk di penuhi oleh orang tua mereka.

Pikiran saya selalu terusik dengan mereka anak-anak kecil yang bertelanjang kaki bermain kala sore hari. Ada semacam panggilan batin untuk saya harus melakukan sesuatu untuk mereka, tapi apa? Saya merasa ingin memaknai diri saya dengan hadirnya saya di sana. Tapi apa yang bisa saya beri? Apa yang bisa saya bagi?

Berbagi bukan sebuah perkara sulit. Begitu kata ayah saya yang selalu ter ngiang di pikiran saya. Kala itu ayah pernah berkata bahwa mengapa banyak yang beranggapan pelajaran berhitung pembagian itu lebih sulit dari mengalikan atau penambahan. Di situlah letak pelajaran hidup kata ayah saya lagi. Bahwa kita harus keluar dari stigma pembagian itu sulit. Kita harus bisa mengalahkan diri kita sendiri. Se egois apalah dirimu? Sepelit apakah diri ini? Apakah kamu senang memonopoli yang kamu miliki? Sebangga apakah kamu ketika orang mengakui dirimu dengan kebendaan dan keilmuan yang kamu miliki. Untuk apa kamu bersekolah? Dan untuk apa kamu hidup.. begitu pertanyaan yang waktu itu masih butuh waktu bagi saya untuk menjawabnya.

Akhirnya saya menemukan arti dan makna ocehan ayah kala itu. Saya ada karena saya melakukan sesuatu. Saya ingin memberi nilai lebih pada kehadiran saya di lingkungan kampus kala itu. Dimana bumi di pijak di situ langit di junjung begitulah kira-kira pepatah yang juga menyemangati saya.Mulai lah saya melalukan pendekatan kepada teman-teman kecil saya. Saya ajak mereka bermain ke kost an saya yang tak jauh dari rumah mereka. Saya mencari tahu apa yang mereka inginkan. Kebanyakan dari mereka ternyata senang bersekolah tetapi ingin bisa belajar bahasa inggris dan membantu mereka mengerjakan PR nya. Akhirnya saya menawarkan diri saya untuk membantu mereka belajar bahasa inggris dan belajar bersama mengerjakan PR dari sekolah mereka. Kami menyusun jadwal bersama kapan waktu nya belajar bahasa inggris kapan mereka bisa mengerjakan PR bersama-sama di kost an saya.

Waktu berlalu, kami rutin mengadakan pertemuan di kost an saya menjelang sore. Kami bermain sambil belajar bersama. Kami saling menyesuaikan diri. Karena saya merasa bukan guru tetapi kakak bagi mereka yang masih perlu banyak belajar bagaimana menyampaikan pengetahuan yang saya punya kepada mereka dengan bahasa mereka. Makin hari makin banyak teman-teman kecil saya. Dan alhamdulilah respon orang tua mereka positif.

Suatu hari saya bertanya kepada mereka, apa yang mereka inginkan selain belajar bersama. Spontan mereka jawab mereka ingin berenang. Terharu saya mendengarnya… apa saya terlalu melankolis heheh.. begitu sederhana keinginan mereka tapi itu menurut saya. Ternyata niatan saya berbagi berbuah pelajaran bagi saya, bahwa saya harus lebih banyak bersyukur dengan apa yang saya miliki, apa yang saya alami dalam hidup. Wujud saya bersyukur adalah dengan jalan berbagi kebahagiaan seperti ini. Semoga mereka merasa bahagia sebahagia saya memiliki mereka sebagai teman-teman baru.

Kala itu saya menabung uang jajan saya untuk bisa mengajak mereka berenang. Akhirnya kami menentukan waktu untuk “Piknik” ke Kolam renang Ragunan. Kami mempersiapkan bekal dan segala kebutuhan piknik. Saya selalu terkenang senyuman mereka hingga hari ini. Saya masih mengingat pertanyaan-pertanyaan polos mereka tentang air di kolam renang. Apakah mereka boleh pipis di kolam? Bagaimana cara nya bisa mengapung? Apakah mereka boleh salto saat nyemplung ke kolam renang?

Apa kabar teman-teman kecil ku? Pasti kamu sudah besar ya hari ini.

Dan Selamat Hari Ayah yaaaa… We always be Daddy’s little Girls

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun