Mohon tunggu...
Mika Sanggeni
Mika Sanggeni Mohon Tunggu... petani pekebun peternak -

mampir lesehan ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Letusan Gunung Agung dan Peralihan Kekuasaan

25 September 2017   18:10 Diperbarui: 26 September 2017   09:36 1917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Agung Bali sudah berstatus Awas. Fase waspada, siaga lalu awas semua muncul berurutan dalam waktu singkat. 

Dilengkapi pula dengan turun gunungnya hewan-hewan liar, menandakan hampir pasti gunung Agung Bali akan meletus.

Dalam sejarah yang tercatat, gunung Agung telah meletus 4 kali di tahun 1808, 1823, 1843 dan terakhir tahun 1963. 

Catatan sejarah letusan gunung Agung terjadi saat kepulauan Nusantara kembali disatukan dalam naungan satu rangkaian kekuasaan, sejak masa VOC. 

Seperti diketahui, persekutuan dagang VOC yang mendapat mandat dari kerajaan Belanda untuk berkuasa di Nusantara sejak abad ke-17 (tahun 1600-an). 

Sedankan kekuasaan seluas Nusantara sebelumnya adalah masa kerajaan Majapahit di  abad ke-13 dan sebelum itu adalah masa kerajaan Sriwijaya di abad ke-7.

Setelah berlalu dua ratusan tahun, VOC merosot karena masalah korupsi dan salah urus sehingga diambil alih oleh Kerajaan Belanda.

Gunung Agung meletus pertama di tahun 1808 beberapa tahun sebelum Kerajaan Belanda mengambil alih VOC pada tahun 1815.

Pada tahun 1823 gunung Agung kembali meletus. Dua tahun kemudian terjadi pemberontakan Pangeran Diponegoro meski dapat dikalahkan 5 tahun kemudian. Pada masa itu juga terjadi pemberontakan di Bone, dan Padri di Sumatra, yang semuanya juga dapat ditumpas.

Tahun 1843 gunung Agung kembali meletus. Tiga tahun setelah itu pasukan Belanda menyerbu kerajaan Buleleng Bali. Istana Singaraja dihancurkan. 

Tahun 1963 gunung Agung meletus kembali. Nusantara sudah dalam naungan kekuasaan negara Republik Indonesia. Sekitar 2 tahun kemudian terjadilah pemberontakan G30S/PKI pada akhir September 1965.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun