Mohon tunggu...
Mika Dhitya
Mika Dhitya Mohon Tunggu... Atlet - bstrd

BASTARD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Diskriminasi terhadap Orang Papua di Tanah Rantau

25 Juli 2019   02:54 Diperbarui: 25 Juli 2019   03:04 1946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kasus rasisme di Indonesia seakan tidak ada habisnya terutama terhadap orang Papua yang dianggap meresahkan oleh masyarakat sekitar di karenakan ras dan budaya yang berbeda sehingga pandangan negatif itupun muncul yang mengakibatkan orang Papua terus mengalami penindasan. 

Seperti yang sudah terjadi 3 tahun lalu tepatnya di Yogyakarta yaitu kasus tentang pengepungan asrama mahasiswa Papua oleh aparat kepolisian, dimana kasus pengepungan tersebut merupakan diskriminasi atau penindasan terhadap mahasiswa Papua. 

Kasus rasis seperti ini juga sering terjadi sebelum kasus pengepungan asrama begitu juga sama kasus-kasus sebelumnya yakni tentang kasus diskriminasi, Presiden Mahasiswa Papua DIY Aris Yeimo juga mengatakan kasus tersebut terjadi dalam bentuk penegakan hukum yang timpang terhadap kasus-kasus yang melibatkan mahasiswa Papua. Bila orang Papua jadi korban, perkara tak pernah tuntas diusut. Namun jika orang Papua jadi pelaku kejahatan, kasus begitu cepat ditangani.

Di luar segala insiden dan stereotip terhadap orang Papua, Roy salah satu penghuni asrama sebetulnya senang tinggal di Yogya. Biaya hidup sehari-hari di Yogya jelas lebih murah ketimbang di Papua. Yogya pun memberikan ilmu dan jejaring pertemanan luas baginya. Di Yogya kami dapat banyak teman, bisa bangun komunikasi dengan kawan-kawan daerah lain sehingga bisa saling memahami kondisi di berbagai daerah. 

Wawasan kami jadi lebih luas. Banyak ilmu kami dapatkan di sini," ujar Roy. Dia berkata lagi sembari tersenyum, "Siapa tak tahu Yogya? Yogya terkenal sebagai kota pendidikan. Sejak SMP, saya sudah tahu Yogya. Ada juga saudara saya lebih awal pergi ke sini. Akhirnya saya ke Yogya saja. Ternyata sampai di Yogya, betah juga." 

Dalam kasus tersebut aparat penegak hukum tidak boleh sembarang menilai orang hanya dari warna kulit jika kasus begini terus terjadi maka masyarakat Papua pasti akan menjadi korban, memang sebagian orang Papua memiliki karakter yang keras karena faktor biologis tempat tinggal namun ada juga orang Papua yang memiliki perilaku yang baik. Oleh sebab itu aparat dan penegak hukum harus mengambil andil dalam menangani kasus tersebut.

Kasus diskriminasi selanjutnya yaitu tentang mahasiswa Papua yang kesulitan mendapatkan kost seperti kasus yang dialami oleh Benediktus Fatubun setiap ia sedang mencari kost sang pemilik rumah selalu mengatakan kamar kos sudah penuh atau sudah tidak menerima kos. Mahasiswa yang biasa dipanggil Benfa ini tidak tahu pasti apa penyebabnya. 

Yang jelas dia yang sudah diterima menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi sampai sebulan tidak juga mendapatkan tempat kos. Belakangan Benfa tahu, penolakan itu lantaran dia orang Papua. "Ada yang bilang, tidak menerima kos untuk anak Papua".

Sampai sekarang, perlakuan diskriminatif dan rasis masih sering di terima, Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua mengatakan bahwa perbedaan perlakuan terhadap orang Papua tidak hanya terjadi di Yogyakarta tetapi juga di beberapa daerah lain termasuk di Jakarta. 

'Susah bayar' Lalu, mengapa diskriminasi itu terjadi?

Salah satu yang berperan besar adalah pandangan umum yang menganggap orang Papua sering mabuk, suka melanggar peraturan, dan suka berkelahi. "Karena kenyataannya seperti itu," kata salah satu pemilik kost. Warga Yogyakarta lainnya, Sukma Indah Permana (28) mengaku kerap melihat orang Papua yang tidak patuh aturan lalu lintas, bahkan mereka kadang tiga orang naik motor tanpa memakai helm. "Aku sering lihat, loh," katanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun