Mohon tunggu...
Miguel Dharmadjie
Miguel Dharmadjie Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi nilai-nilai kebajikan

Public speaker, Member of IPSA (Indonesian Professional Speakers Association), Dhammaduta, Penyuluh Informasi Publik (PIP) dan Penulis. Urun menulis 7 buku antologi dan kolaborasi : "Berdansa Dengan Kematian : Narasi Survival, Solidaritas dan Kebijakan di Pandemi Covid-19" (November 2020), "Di Balik Panggung Bicara (Kisah dan Kolaborasi Pembicara Publik)" (Mei 2021), "Selalu Tebar Kebaikan" (April 2022), "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati" (Desember 2022), "Gerimis Cinta Merdeka" (Januari 2023), "Speakers' Notes" (Januari 2023), dan "Speakers' Notes: The Next Journey" (Oktober 2023).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar dari Pengalaman Penyintas Covid-19

7 Januari 2021   15:32 Diperbarui: 21 Desember 2022   11:36 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyintas Covid-19 (sumber: reuters.com)

Kita pernah mendengar pepatah "Health is Wealth" yang berarti Kesehatan adalah Kekayaan. Dalam Dhammapada ayat 204 dikatakan Kesehatan adalah perolehan terbesar yang dimiliki seseorang. Ini berarti kesehatan adalah keuntungan berharga yang melebihi harta, kedudukan, kemasyhuran bahkan pengikut.

Berkah kesehatan menjadi harapan dan idaman semua orang. Betapa bahagianya mereka yang memiliki kesehatan karena dapat melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan dengan baik dan menggunakan kehidupan ini untuk kebaikan.

Di tengah wabah Corona Virus Disease (Covid-19) yang telah menyebar ke 215 negara termasuk Indonesia, masyarakat diingatkan kembali untuk peduli menjaga kesehatan mereka dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

Ini karena tak ada seorang pun yang ingin dirinya atau keluarganya terpapar Covid-19, apalagi hingga kini jumlah yang terpapar masih terus bertambah setiap harinya.

Orang yang telah menerapkan protokol kesehatan tetap berpotensi terpapar Covid-19 apabila ia lengah dan tidak waspada. Karena siapa pun dapat terpapar dan tidak seorang pun pernah tahu kapan, dimana dan bagaimana virus Covid-19 membuat dirinya terpapar.

Hanya setelah dirinya terdiagnosa positif, baru dia sadar telah terpapar virus Covid-19 yang dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani oleh dokter.

Manusia terdiri dari fisik dan batin. Masyarakat melihat mereka yang terpapar Covid-19 hanya fisiknya saja yang sakit. Padahal jauh lebih parah ketika batinnya pun turut sakit akibat tidak dapat menerima kenyataan dirinya terpapar Covid-19.

Orang yang terpapar Covid-19 batinnya kadang menjadi labil. Ini diperparah jika lingkungan sosial di sekitarnya memberikan stigma negatif kepadanya. Dampak kejiwaan (psikologis) ini justru akan membuat batinnya menjadi rapuh dan terkadang pada beberapa kasus mereka akhirnya mengambil tindakan di luar akal sehat.

Daripada lingkungan sosial memberikan stigma negatif yang dapat memperburuk kondisi pasien, maka lebih baik mereka diam dan tidak berkomentar karena Covid-19 bisa terjadi pada siapa saja.

Kondisi psikologis batin pasien juga dapat makin parah jika harus masuk rumah sakit.

Belajar dari pengalaman penyintas Covid-19 yang telah sembuh, ternyata ada beberapa kesamaan  tindakan yang dilakukan ketika mereka terdiagnosa Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun