Mohon tunggu...
miftakhul huda albojesi
miftakhul huda albojesi Mohon Tunggu... Planner -

pemuda extraordinary, sedikit gila, slengek'an,tapi baik hati cuy

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengenal Seorang Plannner

7 September 2015   16:59 Diperbarui: 15 Agustus 2022   02:38 3997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi planner (SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Mereka mungkin mendengar usulan dan merekomendasikan penolakan, persetujuan atau persetujuan bersyarat, serta membuat perubahan yang diperlukan. Seorang Planner juga harus mempertahankan proposal mereka sebelum komite legislatif/pemerintah mengetok palu persetujuan.

Namun, lepas dari hal tersebut, seorang Planner akan selalu terkait dengan pemanfaatan ruang, hanya pengambilan sudut pandang dari perencana saja yang berbeda-beda. 

Misalnya, seorang spesialis pengembangan ekonomi akan menunjukkan lokasi mana yang ekonomis yang dapat menarik pelanggan. Sedangkan bagi spesialis perencanaan infrastruktur, ia akan menganalisis  kebutuhan jalur distribusi listrik dan air serta menunjukkan lahan mana yang tepat untuk dijadikan tempat pembuangan akhir.

Mungkin untuk saat ini, profesi Planner di Indonesia belum sepopuler seperti di Amerika Serikat, Inggris, Australia, atau negara-negara lain. Malah, profesi Planner di Indonesia sering rancu dengan profesi arsitek.  Padahal, diantara kedua profesi tersebut, terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar, seperti:

  1. Rekayasa yang dilakukan Planner dilakukan dalam ruang lingkup makro hingga mikro, sedangkan arsitek mendasarkan pada rekayasa yang bersifat mikro;
  2. Produk yang dihasilkan oleh Planner mengarah kepada proses dan rencana, sedangkan produk yang dihasilkan arsitek adalah lingkungan binaan.

 Melihat kondisi kota-kota di Indonesia yang belum tertata dengan baik, jasa Planner sungguh dibutuhkan. Seorang Planner dapat memberikan masukan-masukan tentang penataan kota yang baik dari segala segi. Hal ini tidak hanya bermanfaat dari segi fisik kota, melainkan juga ramah bagi manusianya.

Irwan Prasetyo juga menambahkan jika penataan kota-kota di Indonesia cenderung mendahulukan kepentingan pasar, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah yang lain seperti sosial, historis, dan estetika. 

Boleh jadi keadaan ini terwujud karena perencanaan kota yang tidak melibatkan Planner di dalam penyususan rencana tata ruang kota atau peran pengendalian yang belum dilakukan secara maksimal. Planner dengan kemampuannya, akan mengajak pihak-pihak lain dalam merencanakan kota, lalu memberikan pilihan rencana yang terbaik kepada pengambil keputusan.

Melihat negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia yang selalu melibatkan Planner dalam perencanaan kotanya, diketahui memiliki kota-kota yang tertata baik. 

Indonesia dengan sumber daya Planner yang ada, belum mampu mewujudkan kota yang tertata baik dan humanis. Apakah kualitas Planner di Indonesia yang belum bagus, atau malah karena peran Planner yang tidak dilibatkan sama sekali?

 

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun