Mohon tunggu...
Miftakhul Shodikin
Miftakhul Shodikin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Kenapa kamu hidup ?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jualan Tubuh

22 Juni 2021   23:32 Diperbarui: 22 Juni 2021   23:31 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SOURCE : https://aetra.co.id/

Senang tidak senang, mau tidak mau hidup harus tetap dijalani dengan ketulusan yang disimpan dalam lemari jati tua. Lemari reot yang selalu berperang melawan usia juga rayap yang senantiasa memakan tubuhnya dari dalam. Manusia pun sama, dari dalam dirinya tersimpan serangga buas yang bernama nafsu.

Hari ini makan siang menjadi lebih susah dan kelaparan tak lagi bisa dibendung. Cacing pita sedang mengkonsolidasi cacing-cacing yang lain. Mereka mencoba membentuk Serikat Cacing Pita di dalam perut. Cacing Revolusioner untuk menentang kelaparan dan ketidaksediaan sumber nutrisi makanan sehingga pemberontakan tak lagi bisa dihindarkan. Bunyi keroncong dari dalam lambung nyaring keras yang bersumber dari aksi demonstran Serikat Cacing Pita. 

Mereka menuntut hak-hak akan nutrisi. Mereka menuntut kesetaraan disetiap cacing di dalam tubuh, dari cacing pita, cacing pipih dan juga cacing kremi. Semua cacing setara dan sumber daya milik kita semua. Tidak ada cacing yang lebih unggul daripada cacing yang lain di tubuh ini. Semua sumber nutrisi dikuasasi oleh semua cacing. Semua sama semua setara. Tidak ada cacing yang panjang adalah penguasa. Atau yang pendek adalah budak cacing yang panjang. Semua sama semua setara. Cacing pita sama dengan cacing kremi walaupun tempat tinggalnya berbeda tetapi tetap berada disatu tubuh yang sama.

Apalagi siang ini terasa sangat terik. Udara panas berhembus dari sebelah barat, matahari bersinar tepat di atas kepala. Gelombang panasnya tak memberikan ampun kepada kepala yang ada di bawahnya. Neuron-neuron di dalam otak berinteraksi satu sama lain untuk menuntut kesejukan dan kebebesan setiap neuron untuk bekerja dan memilih jalan safarnya masing-masing. Kipas angin murahan di toko kelontong tak berkutik sama sekali dengan udara panas yang disajikan siang ini. Siang yang begitu menyiksa kepala. Dari luar, matahari mencoba untuk membuat kepala bagaikan Gost Rider. Tengkorak kapalanya dari api dan matanya merah menyala. Dari dalam kepala, neuron-neuron otak menjerit dan berteriak memekikan penuntutan akan sebuah kebebasan setiap neuron. 

Manusia tidak berhak untuk menentukan neuron mana yang akan mengantarkan informasi kepada syaraf. Manusia dilarang untuk memonopoli sebagian neuron dari ratusan juta neuron yang tertindas dan termarjinalkan. Neuron memiliki ke otentikannya masing-masing yang khas sehingga manusia tidak memiliki otoritas untuk menentukan fungsi neuron kepada syaraf bahkan fungsi-fungsi otak kanan dan kiri. Neuron menuntut kebijakan manusia agar sedikit tidak otoritarian dan harus condong menuju kebebasan setiap neuron untuk berdaulat, untuk hidup bahkan untuk mengakhiri hidup. Neuron-neuron bersatu membentuk oligarki akal sehat. Saraf-saraf tak mau tahu dengan semua tipu muslihat itu asalkan pembuluh darahnya tidak pecah dan stroke bisa membunuhnya.

Juga Dopamin yang bekerja seharian ini tetap bekerja keras walaupun ia tahu bahwa sesungguhnya tubuh ini sedang tidak baik-baik saja, tetapi produksi dan dorongan untuk terus menjaga Dopamin memaksa bibir untuk terus tersenyum dan membangunkan bendungan super megah untuk menahan air mata. Terimakasih Dopamin, responmu diluar nalar engkau mencoba mengelabuhi neuron-neuron si oligarki akal sehat itu dengan senyawa kebahagiaan. Yah, dopamin adalah produsen kebahagiaan.

Liur yang senantiasa menemani malam-malammu sekarang cobalah ajak biacara. Berdisku dan adu argumentasi. Dengan sedikit berbicara kepadanya mungkin engkau akan tahu  perasaan-perasaan terdalamnya. Bau busuk yang selalu kau sasarkan kepadanya mungkin hanya sebuah gurauan saja tetapi siapa yang tahu dengan perasaan liurmu itu. Setiap malam sampai pagi ia yang selalu menjaga tidurmu. Air liur menjagamu dari kelembapan mulut, liurmu adalah gardah depan melawan tentara fraksi infeksi yang suka menyerang gusi dan gigi. Jadi kenapa kamu selalu menutup malu dengannya. Ajaklah bicara siapa tahu kamu akan menegerti betapa dalam perasaanya, sakitnya, dukanya dan juga deritanya selama ini. Cobalah.

Gumpalan-gumpalan kotoran kini bertumpuk di satu titik, menyatu dari gumpalan kecil menuju gumpalan besar. Kotoran dan bau yang biasa saja sekarang menjadi luar biasa. Tempat itu ialah ketiak. Bulu-bulu halus sampai lebat menyaring kotoran, menjebaknya di tengah-tengah himpitan lembut bulu ketiak. Terperangkap lama sampai bau-nya menjalar keluar. Tercium oleh hidung dan diteruskan menuju otak. Dan jangan salahkan otak jika ia meresponnya dengan makian. Jadi apakah hidung adalah kambing hitamnya?

Seperti siklus menstruasi seorang wanita, mereka meluluhkan darah kotor lalu mengeluarkannya dan akan  selalu berulang disetiap bulan. Memungkinkan bagi sedih dan senang juga memiliki siklusnya sendiri. Silih berganti sedih dan senang akan terus menemani. Hari ini senang tidak menjamin ia bertahan untuk hari yang datang. terkadang perubahan perasaan sangat tidak menentu seperti perubahan cuaca di Belanda yang juga aneh dan sangat tidak masuk akal. Hormon kebahagiaan mungkin akan memantik hormon kesedihan untuk tumbuh dan sebaliknya dan seterusnya, mungkin seperti itu. Pikiran adalah pemantik perasaan apakah sedih atau senang. Tetapi keduanya sudah pasti akan datang entah ada atau tidak tentang sebuah kejadian yang memengaruhinya. Bagaimanapun perasaan yang terdalam adalah cintaku kepada Sang Ilahi.

Tentang tubuh dan perasaan yang memengaruhinya coba kita cukupkan sampai sini. Keluar rumahlah dan saling sapa dengan rerumputan, daun-daun, tanaman menjalar, akar dan ranting. Ajaklah berdebad kepada angin yang telah berkelana menyusuri penjuru dunia itu. Atau bertanyalah kepada pohon tua yang hidupnya sudah ratusan tahun lamanya. 

Jika tidak mampu, paling tidak ajaklah bicara semut-semut di bawah kakimu itu. Jangan injak, jangan rusak rumahnya, berikan mereka sedikit rezekinya yang menyangkut di dirimu. Bermurah hatilah kepada alam. Semesta adalah dirimu, dirimu adalah semesta dan tubuhmu adalah bagian darinya. Didalamu dirimu adalah semesta dan diluarmu adalah dirimu yang di dalam. Bagaimanapun engkau ada di dalam dua wujud yang berbeda tetapi sejatinya hanya tunggal yang abadi. Kau akan sedikit faham jika mengenal lebih lanjut dengan apa itu mikrokosmos dan makrokosmos?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun