"Salah satu pesan bapak saya, agar tak berhenti berkesenian  dengan mengembangkan dan memperkenalkan Ludruk kepada masyarakat," katanya.
Seperti dibuktikannya malam itu, suguhan pertunjukan yang diawali dengan kidung jula juli yang dibawakan Kasiyono dan Ari Arjes, lalu lanjut dengan kisah Sarip Tambak Yoso yang dimainkan bebas, bahkan hampir tanpa persiapan matang, ternyata mampu memukau.
Diantara hadirin, ada sepasang mata yang hampir tak berkedip menyimak dari awal hingga ahir acara. Inisiator Jember Idea Dima Akhyar, sesekali tertawa lepas mendengar kidungan yang menggelitik.
"Ini lah barangkali yang dimaksud Bung Karno dengan Berbudaya dalam berkepribadian," katanya.
Dima merasa bahwa kesenian tradisi seharusnyalah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari praktek kehidupan dalam berbagai aspeknya.
"Bagaimana mewujudkannya, sudah tentu perlu kebersamaan, gotong royong," pungkasnya. (*)