Mohon tunggu...
Miftahul Falah
Miftahul Falah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi Penguatan Media Televisi sebagai Upaya Menjaga Eksistensi Diri di Era Industri 4.0

6 Mei 2021   23:38 Diperbarui: 7 Mei 2021   00:16 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Di era industri 4.0, televisi tidak lagi dianggap sebagai sumber pengetahuan yang paling esensial. 40% anak muda tidak lagi menonton siaran berita di televisi melainkan di perangkat seluler (streaming). Dalam program siaran, televisi memiliki sejarah dalam menghadirkan inovasi dan imajinasi. 

Dalam kaitan ini, media online yang memberikan kemudahan akses data dan informasi bersaing ketat dengan media industri pertelevisian. Baik mau maupun tidak, industri pertelevisian harus menawarkan berbagai terobosan baru untuk menopang keberadaan atau eksistensinya, baik dari segi program penyiaran maupun surat kabar.

Industri pertelevisian Indonesia sedang berupaya untuk memperluas sepuluh siaran televisi swasta nasional dan momentum stasiun. Hal ini dimulai oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dan Kemenkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) pada tahun 2016, yang merupakan tahun penting bagi industri pertelevisian Indonesia karena mereka mengevaluasi perizinan untuk memperluas 10 siaran Televisi swasta nasional.

Era internet telah melahirkan dan melahirkan generasi baru, yang mana mereka mungkin memiliki mentalitas yang sangat digital. Mereka jarang sekali mengandalkan pers tradisional untuk mengetahui informasi detailnya.

Opini ini pun merujuk pada Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie yang dilaksanakan pada hari Jumat, 30 April 2021.

Salah satu pembicara, Abdul Kholik, membahas bagaimana kebiasaan konsumsi media telah bergeser akibat pergeseran dari media arus utama ke media sosial. Berbagai stasiun televisi tampaknya mengkhawatirkan media sosial sebagai ancaman.

"Media TV dapat menerapkan berbagai strategi untuk mempertahankan singgasananya, salah satunya melalui "Media Group Universe" dengan strategi 'Lower the Lifeboat'," ucap Yohanes Stephanus Siahainenia, Kepala Direktur Produksi Berita Metro TV.

Pak Yohanes juga mengatakan, bahwa media sosial digunakan untuk membangun ekosistemnya sendiri dengan cara yang berbeda dengan tetap menjaga unsur jurnalistik. Bisnis yang paling terganggu adalah industri periklanan, yang merupakan berkah terselubung. Namun, di sisi lain, ini sangat menantang para tim dari stasiun televisi di Indonesia.

Menurut saya, televisi tetap harus memenuhi fungsinya sebagai sumber pengetahuan terkini dan terbarukan bagi masyarakat. Transisi dari televisi analog ke digital adalah tentang memenuhi kebutuhan publik dengan dukungan teknologi yang semakin mumpuni.

Di era digital ini, banyak media cetak yang gulung tikar.

"Media elektronik, seperti radio dan televisi, akan mengalami nasib yang sama di masa depan jika tidak berinovasi dan menjadi lebih efisien." Penggunaan media sosial yang sering dilakukan masyarakat bersifat dua arah, memungkinkan masyarakat untuk berkomunikasi dan menerima masukan langsung, berbeda dengan media tradisional yang hanya memiliki satu jalur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun