Mohon tunggu...
Miftahul Abror
Miftahul Abror Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

seorang mahasiswa yang menempuh gelar sarjana di Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Kembali Sosok Kartini

6 Mei 2018   02:58 Diperbarui: 6 Mei 2018   11:08 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada isu yang beredar bahwa yang pada intinya hari kartini tidak perlu ada. ada banyak macam alasan mulai dari ia tidak berjilbab, lalu didalam suratnya seperti suratnya yang berbunyi "tidak peduli agama apa yang dipeluk orang dan bangsa, jiwa mulia akan mulia.."(surat 5 juni 1903), lalu dalam surat lain "Agama sesungguhnya adalah kebatinan. Bisa dipeluk baik Kristen atau islam"(surat 31 juni 1903) dll, ada juga yang mengatakan bahwa menonjolkannya kartini tidak lain untuk mengecilkan peran umat islam dipentas perjuangan dll. Namun disisi lain dialah pencetus emansipasi wanita yang ketika itu kedudukan wanita tidak sama dengan perempuan, pendidikan wanita sangat dibatasi. Walau sekolah baru berdiri setelah beliau meninggal tapi dia adalah pencetus yang tergolong pertama.

Kalau beliau dianggap tidak tau syariat karna tanpa jilbab, bukan beraty jaman segitu belum ada yang jualan jilbab syar'I atau cadar dll namun menurut pandangan ibu kartini keislaman seseorang tidak bisa dilihat dari penampilan atau atribut yang dipakainya saja sedangkan esensi nilai keislamannya kosong atau nol. Jadi menurut saya ibu kartini dia lebih berfikir bahwa tidak berjilbab lalu menggunakan kebaya yang digunakannya yakni sebagai busana budaya sehingga iai semakin bisa semrawung dengan rakyat hawa untuk mengajak mengangkat harkat dan martabat mereka sebagai wanita.

Kalau mengatakan bahwa ibu kartini tidak tau syariat jangan salah, bahwa ibu kartini adalah santriwati yang cerdas dari seorang ulama yang mumpuni dalam agama yakni yai Sholih Darat semarang sang pencetus huruf arab pegon sehingga menghasilkan kitab tafsir berjudul faidh arrahman dimana hal itu juga karena kartini yang ketika itu ulama dilarang mengartikan al quran, sehingga dengan huruf pegon tidak menimbulkan kecurigaan bagi penjajah. Jadi surat-surat kartini yang menurut mereka menyalahi agama, itu karena pemikiran mereka yang sempit tapi ibu kartini mempunyai makna yang lebih dalam sebagaimana tentang semisal dari busana tadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun