Mohon tunggu...
Miftahul Alam
Miftahul Alam Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mencari Pendamping Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2019

23 Juni 2018   21:49 Diperbarui: 23 Juni 2018   22:13 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang diprediksi akan kembali menyajikan pertarungan antara Joko Widodo (Jokowi) Vs Prabowo Subianto.

Pertarungan itu akan kembali terjadi karena peluang munculnya poros ketiga semakin kecil. terutama jika judicial review Presidential Threshold (PT) 20% syarat Capres yang tengah digugat sejumlah aktivis kalah di Mahkamah Konstitusi (MK).

Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal A Budiyono mengatakan, pertarungan sengit justru terjadi di posisi cawapres, dimana hingga kini sejumlah nama terus dibahas para elit kedua kubu.

Salah satu nama yang disinyalir memiliki peluang, adalah Mantan Panglima TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Namanya kerap di posisi tiga besar tiga capres, atau  merujuk sejumlah survei berada di peringkat satu kalau untuk cawapres Jokowi. Meski demikian, langkah Gatot tidak mudah. Ada beberapa alasan mengapa langkah Gatot tidak mudah untuk menjadi cawapres Jokowi.

Alasan pertama adalah, di internal Jokowi untuk nama-nama profesional, selain Gatot masih ada nama Moeldoko, Mahfud MD, Susi Pudjiastuti atau Sri Mulyani. Keempatnya bukan nama sembarangan, karena memiliki rekam jejak mentereng.

Moeldoko adalah mantan panglima TNI, dan sekarang ketua Kantor Staf Presiden (KSP). Mahfud MD memiliki pengalaman di birokrasi, selain akademisi. Susi dikenal sebagai menteri berprestasi, sementara Sri Mulyani terakhir meraih gelar sebagai menteri keuangan terbaik di dunia.

Kemudian, selain nama-nama dari internal Jokowi, koalisi parpol pendukung juga menyuguhkan nama-nama kuat. Mulai dari Muhaimin Iskandar, Rohmanurmuzy hingga Airlangga Hartarto. Bila pertimbangannya untuk perimbangan kekuatan politik dan memperkuat elektabilitas, Jokowi cenderung akan memilih calon dari parpol yang sudah memiliki basis.

Lalu, bagaimana peluang Gatot di kubu Prabowo?

Akan sulit dibayangkan jika Prabowo berpasangan dengan Gatot di Pilpres 2019.  Hal itu karena keduanya memiliki latar belakang yang sama, yaitu militer.

Pengalaman 2014, Prabowo yang berpasangan dengan sipil (Hatta Rajasa) justru hanya kalah tipis dari Jokowi-JK. Mempertahankan momentum 2014 menjadi penting bagi Prabowo, dan dalam upaya kesana, ia membutuhkan sosok sipil yang mumpuni.

Sementara Partner Gerindra, yakni PKS sendiri, sejauh ini belum secara terang mendorong Gatot. Mereka lebih fokus mendukung sembilan nama dari internal PKS yang juga untuk kepentingan Pileg mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun