Mohon tunggu...
Miftahul Alam
Miftahul Alam Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Poros Beijing Vs Poros Makkah yang Menuai Kontroversi

21 Juni 2018   10:50 Diperbarui: 21 Juni 2018   10:51 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, wacana poros Mekah dan poros Beijing muncul meramaikan jagad perpolitikan Indonesia. Wacana itupun langsung menuai kontroversi.

Wacana tersebut muncul setelah Sekjen Sekretariat Bersama (Sekber) Indonesia, M Idrus berjumpa dengan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab. Sekber Indonesia sendiri dihuni oleh Gerindra, PKS dan PAN.

Poros Mekah diklaim sebagai poros keumatan yang tetap konsisten mengusung agenda umat. Poros ini mengaku tak akan mengkriminalisasi agama.

Sementara Poros Beijing disebut identik dengan rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena dekat dengan kebijakan Presiden China Xi Jinping.

Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting Saidiman Ahmad yang dilansir Akurat.co, mempertanyakan kota yang menjadi referensi poros itu. Karena dianggap negara yang menjadi poros tersebut adalah negara yang diktator semua.

Sementara itu, Sastrawan Goenawan Mohamad juga ikut mengomentari kemunculan dikotomi itu. Dia khawatir kepentingan politik praktis nanti akan membuat masyarakat terpecah total.

Respon Parpol

Partai Golkar langsung bereaksi keras dan mengkritik keberadaan poros tersebut tersebut. Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily mempertanyakan mengapa menamakan koalisi harus menggunakan nama kota atau negara lain. Menurutnya politik Indonesia tak ada urusannya dengan negara lain.

Kemudian, PDIP menganggap istilah poros 'Mekah dan Beijing' itu merupakan penggunaan diksi yang menyesatkan rakyat. Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, pernyataan itu bisa menyebabkan salah penafsiran "Misleading, menyesatkan! Penggunaan diksi dan narasi untuk mengecoh rakyat".

Berbeda dengan itu, Partai Amanat Nasional (PAN) menghargai pendapat pihak-pihak yang mengusulkan dua poros tersebut. Namun, menurut Wasekjen PAN Saleh Daulay, pemilihan nama harusnya jadi perhatian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun