Sejak resmi pensiun sebagai prajurit TNI per tanggal 1 April 2018, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo digadang-gadang terjun ke dunia politik. Beberapa pihak menginginkan agar Gatot maju sebagai calon presiden di Pilpres 2019.
Jika Gatot benar-benar maju di Pilpres 2019, maka langkah Gatot sangatlah berat.
Gatot tentu tidak akan bergabung dengan kubu pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Karena Kalau merapat Jokowi, pamor Gatot malah akan menukik dan rendah.
Namun demikian, Gatot belum masuk dalam bursa calon presiden yang akan diusulkan oleh kubu PKS, Gerindra maupun Demokrat.
Misalnya, PKS yang hanya memiliki 7,1 persen suara harus berkoalisi dengan partai lain jika ingin mengajukan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2019.
Untuk mengajukan nama capres dan cawapres, PKS juga menimbang berkoalisi dengan PAN dan PKB. Kedua partai tersebut juga mempunyai nama capres, seperti Zulkifli Hasan dan Muhaimin Iskandar.
Dengan jumlah kursi parlemen masing-masing 8,6 persen dan 8,4 persen, kedua partai tersebut mempunyai peluang lebih tinggi untuk mengusung capres daripada PKS.
Meski dekat dengan umat Islam, usaha Gatot untuk menjadi capres tentunya sulit direalisasikan.
Politisi PKS, Mardani Ali Sera mengatakan, partainya pada posisi sesuai keputusan Majelis Syuro, mengusulkan 9 nama capres/cawapres: Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Tifatul Sembring, Salim Segaf Al Jufri, Muzammil Yusuf, dan dirinya sendiri.
Elektabilitas Gatot sebagai capres memang terbilang tinggi secara urutan. Nama Gatot berada di posisi nomor 3 setelah Joko Widodo dan Prabowo Subianto berdasar survei Populi Center di medio pada Februari 2018 lalu. Namun ada nama SBY di atas Gatot, tetapi SBY tidak mungkin kembali menjadi capres pada 2019.
Permasalahannya, nama Gatot hanya muncul di pikiran 2 persen orang yang menjadi sampel survei Populi Center.