Mohon tunggu...
Mifthahul Nurzanah
Mifthahul Nurzanah Mohon Tunggu... Jurnalis - welcome to my corner of the world..

i am not a good one in telling a story, that is the reason why i write.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Di Sebuah Persimpangan

5 April 2019   18:30 Diperbarui: 5 April 2019   18:37 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

  • Disebuah persimpangan, aku pernah mendapati sisa-sisa wajahmu yang begitu sendu
    Menatap pada aku yang begitu peluh setelah kepergianmu
    Kepergianmu Yang meninggalkan tajam rajam pada sukmaku.

Disebuah persimpangan, aku masih mengingatmu
Mengagumimu bahkan masih menunggumu
Hingga akhirnya nalar memecahkan ragu
Dan aku, yang tak lagi menghiraukan mana dungu dan mana pilu

Tetap saja bersikeras menunggu perihal kepulanganmu..
Tak peduli seberapa tajam belati yang menghujaniku
Aku masih menantimu.

Disebuah persimpangan,
Aku masih mengingat pasti
Konspirasi antara dua hati yang saling ingin berjanji
Mengingat begitu pasti

Ketika Bagaimana konstelasi kedua wajah yang sendu ingin saling berpeluh
Pula masih mengingat dengan rinci
wajah mana yang paling tajam menancapkan luka
disela-sela cinta tengah memerah muda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun