Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Kali Gagal Naik Kelas karena Disabilitas Belajar

7 Desember 2021   20:47 Diperbarui: 7 Desember 2021   21:00 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto ilustrasi: Kompas.com

Dia cenderung tidak bisa mengenali huruf dan nyaris tidak bisa membaca. Teman-teman kadang melabeliny a sebagai anak yang bodoh. Ia bahkan tidak bisa menyusun huruf sesuai abjad dan menulis angka secara berurutan. Namun, di balik keterbatasannya dia bisa menghapal urutan huruf dan angka.

Barulah saat aku mulai kuliah menyadari apa yang dialami temanku itu adalah disleksia.

Disleksia = Disabilitas Belajar

Dilansir dari Tempo.co (23/02/2019), ragam disabilitas meliputi mental dan intelektual. Beberapa tanda penyandang gangguan ini kadang sulit terdeteksi, tidak terlihat, terkadang penyandang disabilitas itu sendiri tidak menyadari kondisi yang dialaminya. 

Disleksia yang dialami teman saya bisa jadi karena pada tahun itu (1990 an) gangguan belajar ini belum menjadi wacana perkembangan dunia pendidikan di daerah kami. Guru tidak menyadari jika ada murid yang mempunyai daya tangkap belajar yang berbeda. Teman-teman yang mencemoohnya barangkali juga tak sadar jika tindakannya kurang tepat.

Disleksia termasuk disabilitas dalam belajar. Anak penyandang disleksia mengalamu kesulitan membaca disebabkan gangguan mengidentifikasi suara dan cara menuliskannya ke dalam susunan huruf. Dilansir dari mayoclinic.org, disleksia juga disebut disabilitas membaca, karena disleksia mempengaruhi bagian otak yang memproses bahasa. (Liputan6.com, 18/12/2019).

Anak penyandang disabilitas disleksia perlu mendapat pendampingan yang optimal agar "kekurangannya" itu tidak menghambat belajar dan proses kehidupan di masa depan.

Lingkungan yang tidak menyadari  keterbatasan anak tersebut turut membuat andil jika anak tersebut tertekan atau bahkan membuatnya putus sekolah. Guru dan orang tua juga patut mengenali kondisi murid/ anak apabila terjadi keterlambatan proses penerimaan pembelajaran di sekolah.

 Jika ada anak dengan kondisi disleksia maka perlu dibimbing secara tepat ditunjang fasilitas untuk mengatasi keterbatasan mereka. Tentu dengan metode dan pendekatan  yang berbeda atau edukasi khusus

Bukan tak mustahil jika bisa teratasi, anak disleksia bisa mengeluarkan bakat dan potensi terbaiknya. 

Edukasi Khusus Penyandang Disleksia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun