Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dilema Agen Gas Melon, Pelanggan Kaya vs Kurang Mampu

24 Januari 2020   05:04 Diperbarui: 24 Januari 2020   10:21 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Miftahul Abrori

Subsidi gas melon sudah semestinya dicabut pemerintah. Penyebabnya jelas, peminat gas ini tak hanya warga kurang mampu tapi juga para pengusaha dan orang kaya. Mereka memilih gas 3 Kg karena harga jauh lebih murah ketimbang gas 12 Kg, jika dihitung harga per 1 Kg.

Pendistribusian gas subsidi yang dilakukan pemerintah selama ini bermasalah. Kita tak boleh menutup mata. Oknum agen dan pengecer resmi terkadang dilema, apakah harus mengeruk pundi-pundi uang sebanyak-banyaknya dengan menjual gas kepada pengusaha dan mereka yang kaya, atau memprioritaskan hak warga miskin?

Kelangkaan gas melon yang kerap terjadi juga jadi catatan. Hal ini dimanfaatkan oknum pengecer gadungan. Mereka menjual gas ilegal, dengan berbagai modus : mengurangi isi gas atau menjual tabung palsu.

Tak jarang ada oknum curang. Isi gas melon murah diisikan/ dipindah pada tabung gas 12 Kg. Untung besar diraih karena harga per Kilogram gas melon jauh lebih murah.

Pelanggan gas melon tidak sedikit dari kalangan menengah dan pengusaha. Mereka bisa menghabiskan per-hari 1 hingga 2 tabung, bahkan lebih untuk usahanya. Sedang warga rumahan paling banter seminggu 3-4 tabung.

Padahal, sesuai kebijakan pemerintah, gas melon diperuntukkan masyarakat miskin. Tapi lumrah kita temui orang kaya menyerobot hak warga tidak mampu. Mereka miskin sejak dalam pikiran.

Dilema tersendiri bagi agen saat gas melon langka di pasaran. Terlebih bagi pengecer yang sudah mempunyai pelanggan tetap. Pelanggan ini tergolong mampu, tetapi meminta jatah gas tidak dikurangi, meski gas langka di pasaran. 

Mereka berani membayar harga lebih tinggi. Orang kaya terpenuhi kebutuhan gasnya. Orang miskin terpaksa pontang-panting membeli gas ke pengecer lain. Kadang tak berhasil.

Bagi agen, target penjualan sebanyak-banyaknya adalah mutlak. Mereka tak peduli siapa yang membeli gas. Ada uang, ada barang. Sehingga wajar jika pemerintah mengevaluasi pendistribusian gas melon. Agen dan sub-agen diminta mendata warga yang tidak mampu. Merekalah yang berhak atas subsidi gas.

Pada pertengahan tahun ini akan diberlakukan aturan ketat. Pemerintah berencaba membuat skema distribusi. Hanya warga yang tidak mampu yang bisa membeli gas melon. Pembelian dibatasi 3 tabung gas per-rumah tangga setiap bulan.

Kebijakan pembatasan diterapkan  untuk mengatasi distribusi salah sasaran. Data dari Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (2019) terdapat 10 % warga mampu memakai gas melon. 

Hal ini berpengaruh terhadap subsidi yang ditanggung pemerintah. Akibat dijual "bebas", konsumsi gas melon naik sekitar 5,5 % per tahun.

Gas subsidi yang dikeluarkan pemerintah membengkak mencapai 6,41 miliar Kg dari alokasi sebesar 6,20 miliar kg pada tahun 2017. 

Sedangkan tahun 2018 sebanyak 6,53 miliar Kg dikeluarkan dari alokasi 6,45 miliar kg. Jika permasalahan ini tidak segera diatasi akan menambah defisit anggaran. Apalagi sebanyak 73 % kebutuhan gas nasional masih tergantung pada impor. (Miv)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun