Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek di Solo, Harmoni Keberagaman dalam Cahaya Lampion

16 Januari 2020   07:17 Diperbarui: 24 Januari 2020   20:27 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Facebook.com/ Tri Anto

Ini tempat terbaik yang pernah kusinggahi/ Hawanya mengingatkanku pada kebahagiaan/ Yang aku kasihi berada di kota ini/ Harumnya selalu memanggilku untuk pulang/ Hidup begitu ringan terasa saat ku di sini/ Lepas penatku dalam pelukan kota Solo

(Rindu Solo -Elizabeth Sudira)

Foto: Facebook.com/ Tri Anto
Foto: Facebook.com/ Tri Anto
Lirik lagu Rindu Solo yang dinyanyikan Elizabeth Sudira di atas seakan mengambarkan perasaan saya sebagai warga perantauan di Solo. Saya jatuh cinta dengan Kota Solo.  

Sejak tahun 2003 hingga sekarang (2020) saya singgah di Solo, singgah tapi betah. Kurang lebih tujuh belas tahun saya berada di kota ini, meninggalkan kampung halaman di Grobogan untuk bersekolah, kuliah, hingga kini mencari penghidupan.

Saya merasa nyaman dengan suasana Solo, kota yang dikenal sebagai pusat kerajaan dan budaya Jawa. Keberagaman terjalin harmoni di Solo. Suku Jawa, entis Tionghoa, Arab, dan etnis lainnya hidup rukun di kota ini. 

Meski sejarah kelam pernah terjadi, kerusuhan rasial di masa lalu. Begitupun stigma negatif sarang teroris yang menyesakkan dada. Itu hanyalah oknum, bukan mencerminkan kerukunan warga Solo seutuhnya. 

Jika ada oknum yang masih antipati terhadap etnis tertentu, jangan dijadikan gambaran betapa harmoni warga Solo. Tak adil jika di era sekarang kita masih berpegang teguh pada peribahasa "karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Kota Solo bukan susu, Solo adalah bunga. Nila setitik tentu takkan merusak harum bunga sekeranjang.

Foto: Facebook.com/ Tri Anto
Foto: Facebook.com/ Tri Anto
Satu bukti jika kerukunan warga Solo terjalin erat adalah kemeriahan warga menyambut Tahun Baru China atau yang disebut Hari Imlek. Di tahun ini Pemerintah Kota Solo menyambutnya dengan gelaran Solo Imlek Festival 2020: Merajut Kebhinekaan Memperkokoh NKRI. 

Ragam atraksi budaya dan wisata menyambut Tahun Baru Imlek 2571 di Solo. Satu hal yang menjadi perhatian saya adalah kemeriahan hari raya Imlek yang diperingati oleh etnis Tionghoa setiap tahun yang turut memikat warga Solo. Mereka membaur. 

Wartawan senior Detik Muchus Budi R. (2017) menyebutkan tidak ada yang mempersoalkan keyakinan, warna kulit, asal etnis, usia, maupun strata sosial. 

Semua menyambut Imlek sebagai peristiwa budaya milik seluruh warga kota.  Semua berbaur, tak hanya yang Tionghoa, namun juga warga Jawa dan warga Solo dari berbagai etnis lainnya.

Foto: Facebook.com/ Tri Anto
Foto: Facebook.com/ Tri Anto
Kota Solo dipercantik dengan ragam dan pernik khas Tionghoa. Sekitar 5.000 lampion menghiasai kawasan Pasar Gede sehingga memperindah suasana Kota Solo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun