Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyoal Konten YouTube tentang Survei Tarif PSK

11 Desember 2019   18:13 Diperbarui: 11 Desember 2019   18:26 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompas.com

Insaflah wahai YouTuber yang mengeksploitasi (nonfisik) para Pekerja Seks Komersial (PSK). Jika Anda conten creator, berkreasilah dengan cerdas, tanpa merendahkan derajat wanita, apapun profesinya.

Tak peduli mereka dianggap hina, tetapi manusia tetaplah manusia. Wanita tetaplah wanita.  Anda lebih biadab, "menjual" kemalangan pekerja malam lewat video, kau unggah di media tanpa persetujuan mereka.

Mereka punya harga diri, meski tubuh telah tergadai kepada lelaki berahi untuk sejumlah uang, sesuap nasi untuk bertahan hidup.

Tak semua perempuan malam beruntung, bertarif puluhan juta dan bermobil mewah dari hasil kerja "keras" mereka.

Mereka bukanlah wanita yang bernasib baik, seperti yang digambarkan Titiek Puspa dalam sebuah lagu.

Dosakah yang dia kerjakan?/ Sucikah mereka yang datang?/ Kadang dia tersenyum dalam tangis/ Kadang dia menangis di dalam senyuman. (Kupu-kupu Malam - Titiek Puspa)

Iwan fals dalam lagunya juga berempati: Habis berbatang-batang tuan belum datang/ Dalam hati resah menjerit bimbang/ Apakah esok hari anak-anakku dapat makan?/ Oh Tuhan, beri setetes rezeki. (Doa Pengobral Dosa - Iwan Fals)

Jika itu dosa dan melanggar hukum, lalu apa pantas kalian menertawakan, menjadikannya tontonan murahan.

Miris, melihat tingkah para konten kreator/ YouTuber berdalih membuat konten, tapi malah melupakan perikemanusiaan.

YouTuber membuat judul menggoda, "Survei Tarif PSK di Kota B, No Sensor bla bla bla." YouTuber (laki-laki) mendatangi lokalisasi pinggir jalan. Naik motor atau mobil dilengkapi kamera.

Mereka mengendarai mobil sembari berkeliling di pinggir jalan, mencari mangsa PSK sebagai bahan becandaan.
Kamera tersembunyi sudah dipersiapkan dan obrolan nyrempet hal berbau seks dilontarkan. 

Lalu perbincangan menjurus pada tarif kencan semalam, apa si wanita mau main bertiga, dan sebagainya. Mereka menawar dengan harga sangat rendah. 

Wajar, tujuan mereka bukan mencari teman tidur, tapi hanya mau menertawakan para PSK. Mana tahu sih setelah itu apa yang terjadi di belakang kamera.

Satu hal yang memprihatinkan wajah para PSK, korban keisengan mereka, rata-rara tidak disamarkan/ tidak diblur. Dengan embel-embel "NO SENSOR" bertujuan menarik penonton.

Meski sudah ada peringatan batasan umur buat yang nonton, tetap saja konten yang ditujukan penonton dewasa ini tak layak jadi konten.

Hargai privasi wanita selayaknya manusia, apapun keadaannya! (Miv)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun