Mohon tunggu...
Mifta Ariani
Mifta Ariani Mohon Tunggu... Freelancer - Do the best

Low Profile dan bersahaja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membuka Keran Rejeki Keluarga

7 Januari 2020   09:46 Diperbarui: 7 Januari 2020   09:46 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by PublicDomainPictures from Pixabay 

Dalam sebuah rumah tangga idealnya terdiri atas seorang suami, istri dan juga anak. Tanpa salah satu dari unsur tersebut, biasanya rumah tangga menjadi sedikit timpang. 

Entah itu karena ketidakhadiran seorang anak ataupun karena tidak adanya keberadaan seorang suami atau istri karena sebab-sebab tertentu baik itu karena perceraian ataupun karena salah satu meninggal terlebih dahulu. Biasanya kondisi seperti itu menyebabkan sisi ekonomi sedikit goyah dan rejeki terganggu, terutama saat diawal.

Dalam suatu keluarga yang lengkap pun, jika kondisi satu sama lain tidak harmonis, apalagi istri dalam kondisi tidak bahagia, hal itu  juga bisa mempengaruhi ekonomi dan rejeki dalam keluarga, rejeki yang di dapat pun menjadi tidak berkah. Untuk apa bekerja keras banting tulang jika pada akhirnya tidak bisa membahagiakan istri dan keluarga.

Namun demikian, di artikel ini saya akan memberikan ulasan tentang salah satu cara membuka keran pintu rejeki keluarga melalui kebahagiaan  istri. Kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain. Kebahagiaan seorang istri merupakan salah satu hal yang terkait erat dengan pintu rejeki suami.

Bila dalam suatu rumah tangga  istri tidak bahagia, maka biasanya  keran-keran pintu rejeki bagi suami juga bisa tertutup. Banyak sekali contoh-contoh di sekitar kita dimana karier para suami mulai meredup setelah terjadi permasalahan dalam rumah tangga apalagi yang sampai menyebabkan perceraian dengan istri mereka, walaupun tidak semuanya seperti itu, namun sebagian besar kenyataan membuktikan demikian.

Anda boleh sependapat, boleh juga tidak. Saya akan berikan sedikit ilustrasi mengapa hal itu bisa terjadi. Misalkan pada hari ini istri Anda dalam kondisi murung, moodnya sedang tidak bagus dan marah-marah terus dirumah karena sesuatu hal.

Dalam hal ini bisa saya katakan bahwa ini bisa membawa energi negatif di keluarga. Energi negatif ini bisa menular ke Anda sebagai seorang suami bila Anda salah dalam menyikapinya.

Bila Anda menyikapi dengan benar dalam artian tidak terbawa emosi dengan kondisi istri yang uring-uringan, berusaha menetralisir dan berusaha memecahkan masalah bersama-sama sehingga istri Anda pulih kembali menjadi sedia kala, maka energi negatif itu tidak akan menular.

Namun bila Anda sebagai suami salah dalam menyikapi dalam artian ikut membalas dan menambah kesal istri, apa yang bakalan terjadi? Bayangkan bila pada hari pertama Anda tidak bisa menyelesaikan masalah istri yang sedang uring-uringan dan hal itu sampai berlanjut selama berhari-hari, berbulan-bulan atau mungkin juga sampai bertahun-tahun, apakah sebagai seorang suami akan nyaman dalam bekerja dan hidup seperti itu,belum lagi mendengar omelan istri sepanjang waktu?

Saya yakin kerjaan suami lambat laun akan mulai terganggu, kinerja pun menjadi menurun bahkan malah makin lama makin terhambat. Sebagai istri pun juga jadi malas-malasan mengerjakan aktivitas rumah tangganya, malas mengurusi anak-anaknya, lebih-lebih jika sang istri pun turut bekerja mencari nafkah diluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun