Mohon tunggu...
Zulhamidi
Zulhamidi Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan; Analis; Kerja di bilangan jalan thamrin, senang traveling, adventur, membaca dan menulis

Senang menulis, karena menulis hakikatnya adalah menghimpun yang terserak dan mengabadikan maknanya

Selanjutnya

Tutup

Trip

Agar Aman Jalan-jalan dengan Bus Wisata

21 Mei 2022   10:32 Diperbarui: 21 Mei 2022   10:48 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Cukup mengagetkan bukan, mendapatkan fakta kecelakaan bus wisata di Jawa Timur akibat Supir yang mengemudikan saat itu (yang ternyata aslinya kenek) tertidur pulas (deep sleep) dan baru terbangun ketika sudah menabrak tiang besar informasi jalan (semacam tulisan digital diatas tol), padahal bus sempat oleng keluar dan menabrak pinggiran tol cukup lama.

Tentu ini menjadi perjalanan berharga buat kita semua. Hampir dari kita pernah berinteraksi menggunakan jasa bus pariwisata, yang menempuh perjalanan cukup panjang membawa penumpang dari daerah asal ke daerah tujuan wisata yang cukup jauh. Terlebih, penumpangnya biasanya dominan anak-anak, remaja dan juga ibu-ibu yang senang berpergian dalam jumlah besar di komunitasnya, sekolah, pengajian maupun kampus. Karyawan juga sering menggunakan jasa bus pariwisata untuk menghadiri rapat kerja maupun kegiatan-kegiatan di luar kota, karena biasanya lebih efisien dan praktis ketimbang masing-masing membawa kendaraan sendiri-sendiri.

Dari segi kebiasaan pengalaman saya mengikuti kegiatan menggunakan bus wisata atau bus charteran, memang ada beberapa pengalaman berharga yang patut dicoba dan diperhatikan terutama panitia yang menangani kebutuhan bus pariwisata ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Buatlah itenari tujuan dengan alokasi waktu perjalanan yang cukup longgar. Seringkali sopir maupun keneknya lebih mementingkan kecepatan dan waktu sampai lokasi tujuan agar bisa tiba sebelum jam tidur. Misalnya harus tiba jam 9 di hotel dekat lokasi tujuan, padahal berangkatnya mepet dan tidak longgar alokasi waktunya. Alangkah baiknya, berangkat lebih awal, ditambah 1 atau 2 jam dari estimasi waktu perjalanan, mengingat Bus tidak begitu mudah menerobos kemacetan di lokasi tujuan. Selain itu, penambahan waktu 1 atau 2 jam bisa memberikan alokasi waktu buat penumpangnya berbelanja oleh-oleh misalnya di rest area, dan pada waktu penumpangnya ini berbelanja, para sopir dan kenek biasanya mempunyai pool sopir dari perusahaannya dan di pool nya itu tersedia berbagai makanan dan minuman ringan seperti kopi dan mie instan kemasan, untuk sekedar melepaskan lelah dan memberikan kesegaran bagi tubuh setelah penat menyetir cukup lama.

2. Biasanya ketika acaranya ini sampai melewati malam atau menginap di perjalanan atau di lokasi wisata, jangan lupa juga untuk menganggarkan atau memastikan sopir dan kenek mendapatkan tempat menginap yang nyaman juga plus makan dan minumnya selama menginap tersebut. Seringkali panitia karena terlalu fokus pada acaranya, melupakan kebutuhan sopir untuk tempat menginap juga dan membiarkan sopir dan kenek terlunta-lunta di luar hotel tempat menginap. Keteledoran panitia memastikan kebutuhan ini, entah karena berasumsi sudah termasuk pembayaran sewa atau lain-lain, akan berakibat fatal terhadap perjalanan pulang nantinya. Bila panitia sudah memastikan sopir dan keneknya mendapatkan akomodasi yang memadai baik difasilitasi panitia maupun sudah masuk ke pembayaran sewa, termasuk pelaksanaannya nanti, maka supir dan kenek tentu akan merasa senang dan sangat berterimakasih kepada panitia, dijamin perjalanan pulangnya akan terasa menyenangkan, aman dan bus akan dilayani dengan baik, seringkali supir dan kenek bila merasa puas dengan perhatian dari panitia, selama perjalanan akan disetel musik-musik yang enak misalnya, dicarikan jalan-jalan alternatif yang lebih cepat namun aman, atau mampir ke toko-toko oleh-oleh yang murah, lengkap dan menyediakan sarana rest area dan mushola yang bersih. Sopir pun tidak akan membawa bus nya ugal-ugalan karena kebutuhannya diperhatikan.

3. Jangan lupakan supir dan kenek juga seringkali melihat penumpangnya pada disediakan makanan dan minuman namun jarang sekali supir dan kenek diperhatikan juga. walaupun sudah dibayarkan secara paket, baiknya supir dan kenek juga diajak makan dan minum bersama, selain untuk melepas rasa penat menyupir dalam waktu yang lama, ini akan membuka ruang diskusi dan obrolan menarik sepanjang jalan. Supir dan kenek kadang butuh teman bercerita minimal pengalaman supir dan kenek yang berkali-kali ke tempat wisata dibandingkan penumpang itu sendiri, akan memberikan banyak cerita pengalaman-pengalamannya yang bisa dijadikan pelajaran maupun rekomendasi yang bisa diikutin ketika tiba sampai tempat tujuan.

4. Gap keahlian mengemudi antara supir utama dengan kenek seringkali tidak berimbang. Sehingga bila opsi Supir harus digantikan dengan kenek, pastikan memang kenek itu sudah piawai membawa kendaraan. Tapi sudah rahasia umum, keterbatasan karyawan di perusahaan bus, biasanya karyawan yang mahir membawa bus pasti jadi supir utama, dan yang tidak mahir biasanya sifatnya hanya menggantikan secara darurat dan lebih ke bantuan tenaga seperti bila mogok dan lain-lain. Artinya kenek hampir bisa dipastikan tidak piawai menyetir. Dan ketika kenek menjadi supir, pasti ada yang salah saat itu, apakah supir terpaksa minta diganti kan karena sedang sakit, mengantuk parah ataupun sedang kacau pikirannya, namun karena ga enak dengan panitia maupun penumpang dia terpaksa minta digantikan kenek. Ini sinyal waspada sebenarnya. Kalo perlu memang kenek hanya sifatnya darurat, menyetir sampai ke rest area terdekat, selebihnya menunggu supir utamanya kembali sehat dan merasa aman untuk menyetir kembali. Kenek bukanlah supir utama yang diamanatkan oleh perusahaannya, jadi penumpang juga jangan memaksakan amanat keselamatan jiwa kepada kenek. Meskipun kenek itu mahir membawa mobil tapi mengendarai bus membutuhkan jam terbang yang cukup lama dan pengalaman yang tidak sedikit untuk merespon situasi dan kondisi yang ada di jalan. 

5. Walaupun Pemerintah nantinya meminta pengelola wisata menyiapkan rest area untuk para supir, namun yang harusnya paling memperhatikan kebutuhan supir adalah para penumpangnya, bukankah keselamatan dan keamanan kita tergantung dari kenyamanan supir mengemudi. Kita lah yang paling bertanggungjawab terhadap kebutuhan supir bus yang kita ada di dalamnya.  

Jadi jangan sampai keceriaan, kebahagiaan dan kesenangan yang didapatkan dan di harapkan di lokasi tujuan berbuah malapetaka di perjalanannnya akibat kelalaian memperhatikan supir dan kenek yang ada di hadapan kita saat menumpang bus. Sopir dan kenek yang happy, penumpang pun tenang dan happy, keselamatan semua pihak pun terjaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun