Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pantaskah Jawaban Ketua DPR Kita Kepada Donald Trump?

7 September 2015   13:37 Diperbarui: 7 September 2015   14:00 2890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pantaskah Ketua DPR hadir dalam konferensi pers Donald Trump?"][/caption]
Kunjungan Ketua DPR kita, dan juga wakil ketuanya ke salah satu acara konferensi pers-nya Donald Trump yang kita tau bersama adalah seorang bakal calon Presiden Partai Republik untuk pemilu Amerika tahun 2016, tentu patut dipertanyakan. Jelas-jelas ada salah satu pasal (yi. Pasal 292) tentang tata terbit dan kode etik anggota dewan yang antara lain mengatur bahwa setiap anggota DPR dalam menjalankan tugasnya maka mereka-mereka itu harus menjaga martabat, kehormatan, dan kredibilitas DPR (sebagai lembaga tinggi negara). Sekarang pertanyaannya adalah, apakah menghadiri konperensi persnya si Donald Trump dapat dibenarkan, apalagi dengan memberikan jawaban politis ketika Donald Trump mengajukan sebuah pertanyaan politis? Belum tentu.

Pertama, kunjungan ‘resmi’ mereka sebetulnya adalah untuk menghadiri sidang bertajuk Fourth World Conference of Speakers of Parliament Convened yang berlangsung di new York, Amerika Serikat. Nah, di situ mereka membawa nama kelembagaan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (kurang tahu apakah memang masih perwakilan rakyatkah dewan ini?) Tetapi sebaliknya, ketika mereka berkunjung atau bertemu orang/lembaga, dengan alasan apapun, di luar acara resmi tersebut maka itu berarti mereka membawa nama pribadi. Oleh karenanya, maka jabatan sebagai ketua dewan dan wakil ketua dewan pun secara otomatis lepas seketika. Tidak ada alasan untuk membawa-bawa nama lembaga.

Mari kita simak apa yang kemudian terjadi ketika ketua dewan kita diperkenalkan oleh Donald Trump, seperti yang dapat kita baca di berbagai media, juga di Kompas.com, nontong di televisi, Youtube, dan sebagainya itu. Donald Trump memperkenalkan tamu khususnya itu, yang menurut berita sudah berdiri di belakangnya selama acara konferensi pers tersebut berlangsung. Bayangkan saja yah, disebut sebagai tamu khusus, namun diperlakukan sangat tidak istimewa dan tidak khusus. Sudah menunggu lama dibelakang eh hampir terlupakan pula untuk diperkenalkan, sudah jalan mau keluar baru nyadar dan balik lagi ke podium.

Setelah balik, Donald Trump pun berkata, "(Ini) Ketua DPR Indonesia. Dia berada di sini untuk bertemu saya. Setya Novanto, salah seorang yang paling berkuasa dan orang hebat," kata Trump. "Rombongannya berada di sini untuk bertemu saya hari ini. Kami akan melakukan hal-hal besar buat Amerika Serikat, benar kan?" lanjut Trump.

"Ya," jawab Setya Novanto.

Donald Trump kemudian melanjutkan dengan pertanyaan santer berbau politis berikutnya, "Apakah orang-orang menyukai saya di Indonesia?" tanya Trump.

"Ya, sangat (suka)," jawab Novanto. "Terima kasih banyak."

Tak pelak, kita lalu dapat melihat banyak sisi dari cara perkenalan tersebut. Donald Trump terlihat mengangkat dan menyanjung Ketua DPR kita sebagai orang yang paling berkuasa dan orang hebat. Saya masih belum mengerti dan paham betul apa maksud si Donald Trump ini dengan melontarkan kalimat ini. Apakah dia bermaksud menyenangkan hati ketua DPR kita semata, oleh karena ia sudah hampir terlupakan sampai acara konferensi persnya sudah usai, sampai ketika ada yang mengingatkan Trump. Ataukah memang Ketua DPR kita adalah sungguh-sungguh orang yang paling berkuasa dan orang hebat, sehingga Trump tahu persis mengenai hal itu. Menurut saya pribadi, Ketua DPR tidak punya kuasa apa-apa tanpa kelembagaan itu sendiri, apalagi bila dibilang paling berkuasa? DPR harus berdiri secara kelembagaan barulah dia kuat dan memiliki kekuasaan, dan kekuasaan itu pun tentu saja tidak tak terbatas, artinya bukan yang “paling” seperti yang dikatakan Donald Trump. Kalau bicara paling hebat, dalam hal ini juga yang mesti dilihat tentunya adalah track record dan kehebatan apa kira-kira yang sudah pernah dibuat. Kalau seandainya semua kekuasaan dan kehebatan itu tak terbukti, maka Donald Trum sekedar berbicara menyenangkan hati Ketua DPR kita saja hehehe. Ada idiom di Amerika yang bilang dia itu sudah kill two birds with one stone, sebetulnya itulah strategi jitu yang dilakukan Trump. Dan, Ketua DPR kita pun tentu saja merasa tersanjung dengan ungkapan Turmp itu. Donald Trump memang hebat dalam memengaruhi orang, baik itu lewat kata-katanya maupun intonasinya. Lihat saja semua kampanye-kampanyennya. Cocok sekali dengan idiom yang berkata, put wool over other people's eyes.

Jawaban Ketua DPR kita juga di lain sisi sungguh sangat tidak memuaskan. Untuk pertanyaan pertama ia membenarkan kata-kata Trump yang bilang bahwa “kami akan melakukan hal-hal besar untuk Amerika”. Lalu kemudian kembali muncul pertanyaan, siapakah “kami” yang dimaksud dalam hal ini? Tentu saja Donald Trump – dan timnya, serta Ketua DPR kita – dan timnya bukan? (Siapa tim tersebut? Apakah semua anggota DPR atau siapa-siapa yang lain?). Lantas apa sajakah hal-hal besar apa yang hendak dilakukan untuk Amerika? Apakah ‘hal-hal’ besar tersebut adalah untuk memenangkan si Trump menjadi Presiden atau apa? Mesti jelas dulu. Trump memang hebat bikin propaganda kan. Atau ini hanyalah sekedar jawaban diplomatis belaka untuk menarik masa pendukung, karena sebetulnya tidak ada hal besar apapun yang akan mereka lakukan untuk Amerika.

Menurut hemat saya, Ketua DPR kita tidak usah menjawab “ya” atau membenarkan. Oleh karena kalaupun ada hal-hal besar yang hendak dilakukan, janganlah lakukan untuk Amerika, mereka sudah kadung kaya dan makmur. Lakukanlah hal-hal besar untuk Indonesia sendiri, negerimu tercinta ini. Orang miskin di sini masih puluhan juta warga banyaknya, setara jumlah seluruh penduduk di beberapa provinsi digabungkan. Kerap kali kita terlalu membesar-besarkan yang memang sudah besar, lalu mengecil-ngecilkan apa yang memang sudah kecil. Itu bahasa filsafatnya.

Hal kedua yang ingin saya garis bawahi adalah jawaban politis “asal malontok” (istilah dari bahasa Manado yang artinya: asal ucap alias asal bunyi) dari Ketua DPR kita dalam menjawab pertanyaan ke-dua si Trump itu. "Apakah orang-orang menyukai saya di Indonesia?" demikianlah Donald Trump bertanya. Disambut dengan jawaban amat sangat pasti oleh Ketua DPR kita, "Ya, sangat (suka)". Nah, apakah benar ada data yang jelas bahwa orang-orang di Indonesia sangat suka dengan Donald Trump? Kalaupun ada seberapa banyak mereka itu? Dan kalaupun memang ternyata banyak yang suka, apa makna jawaban tersebut di saat Trump lagi berkampanye untuk menjadi Presiden? Apa pantas memberikan jawaban ‘seakan’ dan ‘seolah’ mendukungnya? Kita mesti juga cakap dalam berpikir sebelum memberi jawab, jangan hanya cakap dalam menjawab, tanpa berpikir terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun