Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jalan Berliku Ahok Menjadi Gubernur Jakarta

20 Juni 2016   13:44 Diperbarui: 20 Juni 2016   20:23 1548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok Gubernur DKI (Pic Source: Kompas.com)

Habis itu, upaya dan perjuangan ‘membantai’ Ahok masih belum selesai. Reklamasi Pantai Utara Jakarta dijadikan ajang untuk menyerang Ahok, dengan harapan dia akan segera tersingkir lalu cepat cepat diseret untuk masuk bui. Masih ditambah juga dengan rumors tanpa bukti jelas bahwa ada aliran dana 30 Miliar yang mengalir ke rekening Teman Ahok. Seharusnya, perlu sekali untuk diingat siapa-siapa sih anggota dewan yang sudah masuk tahanan atau mau masuk tahanan karena kasus suap itu. Dan, mestinya perlu juga ditelusuri teman-teman anggota dewan tersebut siapa-siapa saja yang kemungkinan besar ikut terlibat. Bukannya malah kasus ini mau dibolak-balik dibuat semakin berliku seakan-akan Ahok yang terlibat. Itu.

Peperangan dalam rangka pilgub 2017 ini tentu semakin memanas dan akan semakin enak ditonton. Apalagi, rupa-rupanya kaum pemilik cap ‘Asal Bukan Ahok’ ini ternyata masih memiliki banyak amunisi. Artis-artis saja mampu mereka perdayai untuk bertindak atas nama kepentingan mereka. Coba lihat saja, apa untungnya sih si Ahmad Dhani mesti berteriak-teriak komplain sana sini, sampai-sampai mesti didampingi pula oleh si Oma Ratna yang entah apa saja yang dia lagi gumuli saat ini. Apa keuntungan Dhani coba? Untuk meminang dia jadi bakal calon pun nggak ada partai yang berminat. Mendingan kan dia itu ngurusin acara Indonesian Idol atau X Factor, itupun kalau masih akan dipakai sebagai juri. Kan gitu lebih baik, bakalan dapat duit banyak tuh. Daripada ribut teriak-teriak gak jelas juntrungannya, dan tanpa ada satupun konsep yang jelas apa yang diteriakin itu. Kasihan malah jadinya. Sungguh kasihan, udah teriak-teriak nggak dapat apa-apa juga. Mau nyanyi di depan KPK aja dicuekin. Nggak laku. Masih banyak kegiatan lain yang lebih bermanfaat, kan gitu.

Bandingkan dengan ‘produk’ Jokowi-Ahok yang laku keras dimana-mana.Jokowi itu, meski dihina-hina si Dhani, tetapi ke negara manapun dia pergi pasti disambut dengan amat meriah. Itu fakta. Ahok itu, kemanapun dia pergi pasti disambut dengan meriah. Acara Mata Najwa on Stage saja, yang menampilkan Ahok dengan tajuk “Semuanya Karena Ahok” (Semua Karena Ahok & Lucunya si Ahmad Dhani) dihadiri tak kurang dari 11.500 orang di Parkir Timur senayan. Produk merek Jokowi & Ahok ini memang laku keras, dan itu bukan baru kali ini saja, tetapi sudah lama, semenjak mereka dicalonkan dua tahun lalu. Baca di sini: Produk Merek Jokowi Ahok Laku Keras

Sekarang, setelah 1 juta KTP terkumpulkan oleh #Teman Ahok apakah langkah Ahok menjadi Gubernur Jakarta berkurang halangan dan liku-likunya? Oh tunggu dulu. Lika likunya tidak berkurang sama sekali. Bukankah Anggota Dewan yang maha terhormat itu (dan minta-minta supaya dihormati) kini telah mengantisipasinya dengan cara yang lumayan pintar, yaitu mereka sudah menyisipkan beberapa pasal perubahan yang bakalan dapat mempersulit baik Ahok, maupun Teman Ahok. Termasuk jangka waktu verifikasi faktual yang ‘hanya’ diberikan 3 hari. Halangan dan ganjalan pasti akan terus ada. Sudah biasa itu mah.

Ah, meskipun demikian, dengan upaya dan kerja keras mengawal verifikasi faktual oleh teman dan para relawan Ahok, mestinya hambatan itu bisa diatasi, apalagi KTP yang terkumpul kan sudah di atas 1 juta (lebih dari sekedar cukup untuk lolos). Jadi, tidak usah terlalu ambil pusing.

Maju setahap. Lalu bagaimana menyikapi partai-partai yang mendukung? Biasa sajalah. Itu kan romantika setiap pemilihan apapun. Mulai dari pemilihan tingkat desa, kecamatan, sampai pemilihan Presiden, romantika itu akan tetap ada. Bagaimana menghadapinya? Ya kita sikapi saja dengan santai. Bagaimana kalau akhirnya Ahok berubah di detik-detik terakhir dengan memilih ikut kendaraan parpol? Ia bisa jadi akan terkukung dan disetir oleh kepentingan parpol yang mengusungnya? Tidak seperti itulah.

Toh sudah ada contoh, ketika Jokowi terpilih sebagai Presiden RI tempo hari dengan memakai kendaraan PDIP, apakah lantas kemudian Jokowi itu bisa diatur-atur oleh kendaraannya seenak udel? Tidak bukan. Jokowi saja yang lemah lembut seperti itu tidak pernah berhasil diatur-atur oleh kendaran yang dinaikinya, apalagi Ahok yang konon keras, tegas, dan garang itu. Mana bisa. Jadi, ya santai-santai sajalah...(Apapun pilihan itu, biarkan Ahok memilih dengan sukarela, sukacita, dan tanpa dihambat-hambat oleh pendukung sendiri hehehe....) Tetapi saya masih amat yakin, Ahok tetap akan memakai jalur independen. Resiko apapun yang dihadapi, kelihatannya Ahok sudah mantap dengan pilihannya ikut independen.

Pemilihan Gubernur kali inipun saya rasa masih akan tetap prosentase terbesar ditentukan dan amat bergantung pada berbagai macam gaya hidup, kelas sosial dan personalitas masyarakat pemilih di Jakarta. Kenapa? Oleh karena banyak hal yang memang dapat menyebabkan seseorang itu disukai dan dipilih, atau tidak disukai dan tidak dipilih. Ada banyak hal dan banyak kemungkinan. Variannya juga bermacam-macam. Ini juga barangkali sisi lain yang dapat dijadikan contoh atau pelajaran berharga; Gaya Hidup, Kelas sosial, dan Rasionalitas Pemilih

Akhir kata, saya ingin menutup tulisan ini dengan mengutip serta menuliskan sebuah quote manis yang sempat dilontarkan Ahok pada acara Mata Najwa on Stage waktu itu. Ahok bilang kurang lebih seperti ini; saya memang tidak cocok jadi Gubernur Jakarta.... Lalu Najwa bertanya lebih lanjut, ooh jadi Anda tidak akan maju lagi? Ahok balas menjawab, bukan...bukan... Saya pasti maju lagi. Tetapi saya sebetulnya lebih suka menjadi CEO-nya Jakarta, karena kalau Gubernur itu kan jabatan politis jadi banyak politik-politiknya. Kalau CEO ya saya hanya bekerja dan digaji. Boss saya ya warga DKI Jakarta. Semoga saja. Cheers!---Michael Sendow---

I have a political attitude, but I'm certainly not a politician --- Kgalema Motlanthe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun