Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ahok Memang Keterlaluan

1 Oktober 2015   02:38 Diperbarui: 3 Maret 2016   17:14 250773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ahok dan Ridwan Kamil (Pic Source: www.hartanews.web.id)"][/caption]

Semakin lama, semakin terasa betapa keterlaluannya Gubernur Jakarta ini. Ahok telah berubah banyak. Tadinya Ahok belum sekeras ini, sekarang dia bagaikan singa muda yang lapar. Apapun akan 'disikat habis' bila itu dianggap tidak benar olehnya. Dia sekarang semakin keterlaluan.

Tadi pagi, saya sempat dengar partner saya nyeletuk, "Ahok itu keterlaluan banget yee?!" Saya jadi bertanya-tanya, apa iya Ahok keterlaluan? Dari segi apanya?

Dia itu memang adalah typical pemimpin yang tidak mengenal takut. Untuk membebaskan Jakarta dari 'penjahat-penjahat' berdasi, maka cara dan langkah Ahok sudah tepat. Bahkan sangat tepat. Kalau memang pantas diteriaki dan tunjuk muka, kenapa mesti ditahan-tahan? Tidak jamannya lagi asal bapak senang, asal ibu senang, asal nenek senang.

Bangsa ini sudah terlalu permisif dengan kejahatan korupsi dan permainan kotor di kalangan pejabat. Lantas kenapa ketika ada pejabat (lain) yang mencoba dengan segala daya upayanya untuk membersihkan segala kekotoran itu, ia justru dimusuhi? Begitu banyak orang justru memajang kedegilan hati, dan menaruh rasa antipati secara berlebihan? Apakah karena keterlaluannya Ahok membenahi Jakarta maka ia lantas tidak disukai? Apakah Ahok harus memuja para 'hantu' umpamanya dan menyembah mereka layaknya 'malaikat'? Tidak mungkin. Tidak mungkin pula kejahatan dan kebusukan harus dibela.

Mari kita lihat dengan pandangan seobjektif mungkin pekerjaan seorang Gubernur sekelas Ahok. Temuilah Ahok lewat pekerjaan nyatanya di lapangan. Ada baiknya, sebelum kita mencibir seseorang, luangkan sedikit waktu untuk bercermin diri, supaya kita tidak gagal memaknai arti perubahan dan perbaikan.

Tempo hari saya pernah kirim sms ke Ahok mengenai rencana penerbitan buku, dia menyuruh saya menemui staffnya di lantai dua balaikota. Dia (atau juga staff-nya memperhatikan pesan-pesan yang masuk) Hanya saja waktu itu sayalah yang akhirnya belum berkesempatan pergi. Saya juga pernah kirim sms pengaduan karena air PAM di rumah mati sampai 5 hari, sms tersebut juga dibalas, dan lalu tak berapa lama kemudian ada yang datang untuk memeriksa pipa air di ujung jalan. Dia mendengar dan merespon, tidak hanya duduk manis di menara gading sambil makan makanan kesukaannya. Itu buken tipe dan gaya dia. Bekerja dan terus bekerja adalah sebuah motto yang tidak sekedar lips service saja. Itu harus diimplementasikan sedapat mungkin di lapangan. Seperti kata Jokowi, "mesti dieksekusi!"

Ahok memang keterlaluan. Kalau pun ternyata dia bertindak seolah-olah dan seakan-akan keterlaluan, ya saya amat yakin itu dilakukannya demi kepentingan warga yang dipimpinnya. Apapun alasan di balik sikapnya yang keterlaluan itu, tentu dia paham betul resiko menjadi pemimpin yang serba terlalu. Terlalu berani. Terlalu percaya. Terlalu gigih. Terlalu blak-blakan. Dan, tentu saja terlalu keterlaluan.

Perkara suka tidak suka, itu lumrah terjadi dimana-mana. Hanya saja, sangat disayangkan apabila terus menerus bibit kebencian di hati kitalah yang kemudian mendorong rasa tidak suka kita menyeruak muncul ke permukaan. Berdoalah secara khusuk, supaya Tuhan kirim kebijaksanaan turun ke dalam hati dan pikiran kita, mengusir semua bibit-bibit kebencian dan iri hati.

Dalam perjalanan keseharian saya menuju kantor di Sunter - Kelapa Gading, banyak kali saya harus lewat sebuah jembatan yang di bawahnya ada sungai ukuran sedang. Sungai air limbah tepatnya. Isinya adalah limbah, sampah, bangkai tikus, dan tumpahan air kotor.  Belakangan alat-alat dan mesin-mesin pembersih diturunkan. Tenaga-tenaga pembersih pun dikerahkan. Ahok ternyata peduli. Bulan lalu juga, tenaga-tenaga pembersih turun tangan membersihkan selokan-selokan di kompleks kami. Seorang pekerja sempat bilang bahwa ini semua terlaksana oleh karena Ahok.

Setelah kemarau panjang, bisa jadi sebentar lagi kita akan masuk musim penghujan, upaya mengurangi resiko banjir terus dilakukan. Kampung Pulo juga sudah mulai ditata. Pekerjaan-pekerjaan ini tidak gampang, terkadang mesti terbentur ini dan itu, namun harus dimulai dari sekarang.

Ruang terbuka hijau semakin banyak dimana-mana. Weekend saya suka jogging dan browsing di sekitar waduk Ria Rio. Tempat yang tadinya kumuh, dan penuh sampah berbau busuk kini jadi mentereng dan bagus. Ada banyak tempat lainnya juga yang sudah diciptakan, ditata sebagai ruang publik yang indah dan nyaman. Pejalan kaki menjadi diperhatikan dan dilayani. Perlahan-lahan Ahok menyulap Jakarta menjelma untuk supaya bisa setara Singapora.

Perlu waktu tidak singkat memang untuk mengubah Jakarta. Akan tetapi, paling tidak Ahok sudah memulainya. Berbahagialah Jakarta memiliki gubernur 'keterlaluan' seperti Ahok ini. Ahok yang keterlaluan ini sekali waktu pernah mengatakan begini, bahwa tidak menjadi soal bagi dirinya apakah ia akan menjadi gubernur lagi atau tidak. Setidaknya dia sudah melakukan perubahan dan banyak terobosan di Jakarta ini. Katanya, dia sudah melakukan yang baik untuk warga Jakarta yang dipimpinnya. Bahkan yang terbaik yang dia sanggup lakukan. Dan lagi, dia tidak menistakan sumpah jabatannya untuk berbakti pada rakyat yang dipimpinnya. Pada mereka yang sudah memilihnya.

Cinta Ahok kepada warga yang dipimpinnya, diejawantakan lewat tindakan nyata di lapangan, bukan lewat manisnya bibir berkata-kata.

Memang tidak ada gading yang tak akan retak, demikian kata pepatah kuno. Ahok memang punya kekurangan juga, semua orang punya, bahkan nabi dan malaikat pun tak sempurna. Hanya Tuhanlah yang sempurna. Pertanyaan sederhana bagi semua mereka yang terlalu membenci Ahok: Akankah Anda menunggu Ahok sempurna dulu, baru kemudian Anda sanggup menghargai keberhasilan-keberhasilan dan segala upaya Ahok?

Semoga kita tidak buta hati, lalu kemudian dengan mudahnya kita menisbikan keberhasilan pemimpin kita. Sebaliknya, kita memutlakkan kebutaan dan kebuntuan cara berpikir kita.

Kita lebih suka pemimpin tipe buah kedondong. Luarnya nampak mulus dan halus, tetapi isinya kasar serta berduri. Jarang yang menyukai tipe durian, luarnya kasar dan berduri, namun isinya halus, manis serta enak rasanya.

Kita kerap lebih memilih bungkus daripada isi. Kita terpana pada tataran kesantutan, serempak mengabaikan kebusukan dan kebobrokan yang dibungkus bingkai kesantutan itu.

Perubahan dan perbaikan acap kali harus dimulai lewat ujung cemeti dan hardikan. Ahok memang keterlaluan! Dasar keterlaluan! Sungguh keterlaluan!---Michael Sendow---

Cat: Ditulis menggunakan BB sampai pukul 2.15 subuh. Ternyata susah sekali menulis lewat BB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun