Mohon tunggu...
Michelle Irene
Michelle Irene Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UNPAD 2020

.

Selanjutnya

Tutup

Money

Membahas Resesi akibat Pandemi Covid-19 dari A ke Z

12 Mei 2021   22:00 Diperbarui: 12 Mei 2021   21:59 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Penulis 1 :Arie Surya Gutama, S.Sos., S.E., M.SI.,  (arie@unpad.ac.id)
Penulis 2 : Michelle Irene Suryadi (mchllirenes@gmail.com - michelle20006@mail.unpad.ac.id)
Penulis 3 : Jessi Anggita (jessi.anggita@gmail.com - jessi20001@mail.unpad.ac.id)

Pandemi COVID-19 yang terjadi secara tiba-tiba membuat hampir semua orang kewalahan menghadapinya. Banyak sektor yang terdampak negatif dari adanya Covid-19 ini, dan salah satu yang dampaknya paling besar adalah sektor ekonomi. Dengan adanya aturan protokol kesehatan yang mengharuskan kita untuk menghindari kerumunan menyebabkan banyak tempat-tempat usaha harus tutup atau buka dalam jangka waktu yang telah diatur oleh pemerintah. Hal ini membuat pendapatan yang diperoleh berkurang atau bahkan tidak mendapatkan pemasukan sama sekali, sehingga beberapa usaha terpaksa pailit dan menutup tempat usahanya. 

Pengusaha yang tetap memilih untuk melanjutkan usahanya menurunkan harga jual dari produk nya demi bertahan. Penurunan harga yang terus menerus membuat pembelian dari konsumen maupun produsen berkurang juga pada akhirnya berdampak pada pemasukan negara. Selain pengurangan harga jual, pengusaha juga mengurangi anggaran usaha dengan melakukan PHK terhadap beberapa karyawannya guna mengurangi pengeluaran untuk pembayaran gaji pegawai. Permasalahan yang diakibatkan COVID-19 bukan hanya seputar usaha yang bangkrut dan pengangguran tetapi juga utang negara yang meningkat dan stimulus ekonomi yang berbelit membuat banyak penyaluran bantuan terhambat. Guncangan yang terjadi secara tiba-tiba dalam perekonomian Indonesia serta kegiatan ekonomi yang hampir lumpuh menyebabkan Indonesia jatuh ke dalam masa resesi perekonomian pada tahun 2020 kemarin. Indonesia terakhir kali mengalami resesi besar-besaran pada tahun 1998, yang juga membuat dampak yang sangat besar bagi negara. Pada saat itu, resesi tidak hanya berdampak pada perekonomian misalnya nilai mata uang anjlok dan sebagainya, tetapi juga pada bidang sosial dan politik. Dilansir dari berita CNN, resesi yang disebabkan oleh covid kali ini lebih buruk dibandingkan resesi pada tahun 1998, karena saat ini Indonesia mengalami dua kali kontraksi pertumbuhan ekonomi secara berturut-turut, dan parahnya juga hal ini berdampak ke hampir seluruh sektor perekonomian. 

Sama halnya dengan resesi tahun 1998, resesi akibat pandemi global ini berpengaruh pada tingkat pengangguran negara yang semakin tinggi. Pada tahun 1998 tercatat 20% lebih dari angkatan kerja atau sekitar 2 juta orang adalah pengangguran, angka ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 1960. Sementara, pada tahun 2020 angka pengangguran mencapai 9,77 juta orang. Di awal masa PSBB yang dijalankan pada 10 April 2020, banyak sekali perusahaan yang terpaksa rugi dan akhirnya tidak sanggup membayar gaji para pegawainya. Hal ini juga menjadi salah satu yang menyebabkan peningkatan pesat pada jumlah pengangguran di Indonesia. Kurang lebih sekitar 20 juta pekerja harus terpaksa di PHK dan ini bukanlah jumlah yang normal bagi negara untuk mem-PHK pekerja sebanyak itu dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini juga berakibat secara langsung dengan jumlah warga miskin di Indonesia. Tercatat hingga Maret 2020, ada sebanyak penambahan warga miskin sebesar 1.6 juta warga. Seorang Ekonom CORE, Yusuf Rendy Yanilet mengatakan bahwa, sekiranya pun perekonomian Indonesia dapat kembali pulih di akhir tahun 2020 hingga awal 2021 sebesar 5-6%, pekerja yang bisa "ditarik kembali" untuk bekerja hanya sekitar 500 ribu jiwa. 

Untuk meringankan beban rakyat miskin dan masyarakat yang terkena dampak PHK, pemerintah biasanya memberikan bantuan biaya maupun bantuan bahan pokok. Berdasarkan data sensus penduduk 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia mencapai 270.203.911 jiwa. Jumlah penduduk yang banyak ini tidak sepenuhnya mampu untuk melewati masa pandemi dan resesi yang sedang terjadi, sebagian perlu diberikan tunjangan bantuan uang maupun bahan pokok untuk dapat bertahan hidup. Dalam masa resesi ini, pemberian bantuan akan sedikit terhambat karena keadaan ekonomi yang kacau. Pemberian dapat tetap diberikan namun kemungkinan yang dapat terjadi adalah jumlah tunjangan yang dikurangi atau jumlah penerima tunjangan yang lebih diperketat mengingat keadaan keuangan negara yang belum sepenuh nya stabil dan harus melawan masa-masa resesi perekonomian ini.

Resesi yang disebabkan oleh adanya pandemi yang secara mendadak memberikan dampak yang kurang baik pada perekonomian dan kesejahteraan di negara Indonesia. Pemasukan yang semakin menurun dan tingkat pengangguran sekaligus kemiskinan yang semakin naik akibat situasi yang tidak terduga memperlihatkan betapa berpengaruhnya hal tersebut pada negara. Seiring berjalannya waktu, pemerintah sudah dapat mengatur dan menyeimbangkan situasi yang sulit ini sehingga perlahan kembali berjalan dengan baik lagi. Dengan adanya vaksinasi yang sedang berlangsung, diharapkan kondisi negara akan semakin stabil. Namun, sayangnya, semuanya belum tentu bisa kembali utuh seperti semula, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki masalah baru dan masalah lama. Semua rakyat hanya bisa berharap pemerintah dapat memperbaiki kegiatan ekonomi Indonesia sehingga dapat pulih seperti sedia kala.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun