Mohon tunggu...
Michelle
Michelle Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa

karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peri Kecil

20 November 2022   18:54 Diperbarui: 20 November 2022   18:59 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah wajar bagi seorang anak berusia 8 tahun untuk memiliki mimpi yang setinggi-tingginya dan bahkan mungkin mimpi tersebut seringkali tidak masuk akal. Sudah wajar juga bagi orang tua untuk mendukung setiap mimpi yang dimiliki anak mereka dan bahkan menyuruh anak mereka untuk tidak takut memimpikan apapun yang mereka inginkan. Sama halnya dengan Anna, seorang gadis kecil berusia 8 tahun dengan mimpi menjadi seorang peri. Memang aneh, tapi orang tua Anna sendiri tidak bisa melarang anaknya untuk menjadi realistis apalagi di umurnya yang masih 8 tahun. Tidak tahu darimana asal-usulnya tapi si kecil Anna selalu bermimpi untuk terbang tinggi dengan sepasang sayap yang cantik dan menabur serbuk ajaib pada bunga-bunga yang indah di jalanan.

Ia begitu serius dengan mimpinya, meskipun semua orang menganggap seolah mimpi Anna hanyalah mimpi yang akan cepat berlalu seiring bertambahnya usia, namun Anna serius dengan keinginannya. Ia menceritakan tentang hal-hal indah yang bisa ia lakukan jika saja ia memiliki sepasang sayap kepada semua orang. 

Ya, semua orang. Termasuk teman-temannya, orang tuanya, sepupunya, guru-gurunya, tetangganya, dan bahkan orang asing yang ia temui saat ia menemani ibunya ke pasar pun tahu soal Anna dan mimpinya yang mungkin sedikit terlalu tinggi.

 Namun omongan orang lain tidaklah penting, begitu yang ada di pikiran Anna. Ia menganggap bahwa orang lain hanya iri bahwa ia memiliki tujuan jelas ingin menjadi apa di masa depan. Dengan begitu, Anna dan mimpinya tetap berlanjut, hingga hari ulang tahun Anna yang ke-9.

Pada hari ulang tahunnya, semua orang nampak sudah menduga keinginan Anna ketika ia berdiri diatas kursi untuk meniup lilin pada kue diatas meja yang terlalu tinggi untuknya. Anna memejamkan matanya, begitu serius ekspresi mukanya saat ia mengepalkan tangannya sejajar dengan mukanya dan berdoa untuk keinginannya tahun ini. Malam sudah larut, semua orang sudah kembali ke rumahnya masing-masing, dan si kecil Anna berbaring di tempat tidurnya.

 Ibunya duduk di sampingnya, membelai lembut kepala Anna sambil tersenyum lembut sebelum mengecup dahi anak perempuan satu-satunya itu. "Anna, kamu ingin apa untuk ulang tahunmu tahun ini?" pertanyaan yang sama dilontarkan oleh ibu Anna setiap tahunnya, dengan jawaban yang sama pula. Senyum gadis perempuan itu merekah sebelum menjawab dengan penuh keyakinan, "Aku mau jadi peri!".

Lampu kamar Anna sudah dimatikan dan seisi ruangan gelap gulita. Anna terlelap dalam tidurnya dengan senyum yang sudah tertempel di wajahnya seharian. Hening, tidak ada suara ataupun pergerakan apapun dalam kamarnya, sebelum jam berdenting menandakan tengah malam.

 Sebuah cahaya kekuningan muncul dari gelapnya langit malam, masuk ke kamar Anna dan menerangi sebagian kecil kamarnya yang gelap. Anna yang sedang terlelap perlahan bangun karena cahaya dalam kamarnya. Matanya membelalak, terkejut dan setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sesosok mahluk bersayap seukuran ibu jarinya hadir didepan matanya saat itu juga. Rupanya begitu cantik, dengan rambut panjang kecoklatan dan baju yang gemerlapan. Anna begitu terpesona hingga ia tidak bisa berkata-kata. Apa yang selama ini menjadi keinginan satu-satunya, kini sungguh nyata dan ada. 

Segudang pertanyaan muncul di benaknya, namun tak ada satupun yang terlontar dari mulutnya. Anna diam membatu sebelum ia mencubit lengannya sendiri, lalu meringis karena sakit. "Kamu ini .... apa?" tanyanya dengan penuh keraguan. Peri tersebut tidak berkata apa-apa, namun mendekat dan semakin mendekati wajah Anna yang mungil. Peri itu hinggap di hidungnya, hingga Anna tidak lagi bisa melihat wujudnya dengan jelas. 

Sesaat setelah peri itu hinggap di hidungnya, Anna merasa dunianya seperti berputar. Tubuhnya seperti melayang, tidak ada tenaga. Sesaat setelah Anna memperoleh kesadarannya, ia dengan cepat menyadari bahwa kakinya tidak bisa merasakan lantai kamarnya yang dingin. Ataukah .... kakinya memang tidak menapak pada lantai kamarnya sendiri?

Anna menjerit sekencang-kencangnya begitu sadar bahwa kakinya memang tidak menapak pada lantai tempat ia biasa berpijak, namun kini melayang. Dirinya melayang. Anna memang menyadari ada banyak keanehan yang terjadi pada dirinya, namun yang paling aneh adalah sudah beberapa saat berlalu sejak ia menjerit namun ibunya yang selalu siap siaga tiap waktu tak kunjung datang. Biasanya, saat Anna menangis karna mimpi buruk atau bahkan bangun untuk pergi ke kamar mandi, ibunya selalu datang untuk mengecek kondisi Anna. Namun kini, ibunya tidak datang seolah tidak mendengar jeritan Anna yang bisa dibilang cukup kencang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun