Ketiga adalah hilangnya sikap bertanggungjawab kepada berita yang sudah disebarkan. Ini merupakan dampak yang paling parah.Â
Orang tidak peduli lagi dengan berita yang disebarkannya. Jika berita tersebut membawa dampak buruk tertentu bagi seseorang atau sekelompok orang, tidak dipedulikan lagi. Matinya sikap ini, membikin orang larut dalam anonimitas massa.Â
Reaksi atas semakin berkembangnya sikap tersebut adalah orang tidak percaya kepada berita-berita yang ada. Lunturnya kepercayaan massa kepada berita yang disampaikan menyebabkan bukan saja pemberitahuan secara pribadi, tetapi juga informasi dari media massa  kehilangan kredibilitas di ruang publik dan hati pembaca.
Menanggapi hal ini maka hal yang perlu dilakukan adalah: pertama perlu adanya sikap mengabdi kepada kebenaran, seperti yang dimiliki Lamark. Kita mesti mengabdi kepada kebenaran yang ditandai oleh adanya kemauan untuk membuktikan informasi terlebih dahulu sebelum mengamininya sebagai kebenaran.Â
Kedua adalah sebarkan berita setelah mengetahui kebenarannya dan orang harus membuat kalkulasi dominasi penerima pesan dari dirinya. Â Jika ada orang atau pihak tertentu yang dilihat belum pantas mengkonsumsi informasi yang ingin dibagikan, maka orang tersebut harus dipastikan tidak termasuk dalam daftar orang yang akan dibagikan informasi. Misalnya, ada berita atau informasi yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak maka harus dipastikan anak-anak dalam daftar list friend tidak dibagikan.
Ketiga adalah sikap berani bertanggung jawab terhadap berita atau informasi yang sudah terlanjur dibagikan jika di kemudian hari sudah diketahui titik kebenarannya. Berita yang sudah dibagikan dan ternyata berita tersebut adalah hoaks, maka pengirim mesti berani meminta maaf dan mengklarifikasi kebenaran berita yang sudah terlanjur dibagikan. Ini juga merupakan salah satu cara memutuskan rantai spam, hoaks, isu dan berita palsu dari penyebarannya.
Mari belajar dari kisah Aristoteles dan laba-laba. Kisah tersebut sudah lama berlalu namun nilai dan pembelajaran dari pengalaman itu dapat selalu diupdate dan dikembangkan. Pengalaman masa lalu harus dijadikan pelajaran berharga untuk mencegah penjerumusan generasi berikut ke dalam lubang kesalahan yang sudah digali oleh generasi saat ini.Â
Kita tentu tidak mau dinilai sebagai generasi gagal paham terhadap arus perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat.