Mohon tunggu...
Michael JuliusFigun
Michael JuliusFigun Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Universtitas Atma Jaya

Michael Julius Figun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Clickbait Menghilangkan Akurasi Pemberitaan

25 Oktober 2020   22:48 Diperbarui: 25 Oktober 2020   22:51 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurnalisme / Dok. action4mediaeducation.org

Media online merupakan istilah yang tidak asing terdengar saat ini. Media online sendiri timbul akibat perkembagan teknologi informasi yang amat sangat pesat sejak kemunculan internet di tahun 1999. Yap, internet menjadi kunci utama dalam menyokong segala aspek yang ada pada media online. Kata online sendiri menandakan bahwa teknologi informasi tersebut adalah aspek yang telah didukung dengan jaringan internet.

 Salah satu pertanyaan yang muncul dan cukup menarik untuk dibahas adalah "Mengapa media online amat sangat penting?". Hal tersebut tidak terlepas dari peran internet yang telah memberikan segala akses terkait informasi yang ada di seluruh dunia. Tidak berhenti cukup disana saja, tetapi akses informasi yang telah disedikan tersebut juga mempunyai keunggulan yang cukup tinggi dibandingkan dengan medai cetak pada biasanya yaitu penyajian berita secara cepat dan akurat. Kecepatan tersebutlah yang menjadi nilai plus pada media online dan menyebabkan media online telah menjamur disemua jejaring internet.

Eksistensi media online tersebut terus berkembang dan menajdikan kegiatan jurnalisme juga menajdi lebih fleksibel dan tidak kaku. Tidak kaku disini memiliki arti bahwa jurnalisme tidak hanya mencatat, memberikan laporan, mendokumentasikan, tetapi juga dapat memberikan daya picu bagi para pembaca untuk dapat menikmati karya jurnalisme yang ada.

Jurnalisme online adalah kegiatan yang muncul dikarenakan perkembangan teknologi dan informasi yang telah coba dibahas diatas secara singat. Terdapat beberapa karakteristik Jurnalisme online menurut Miker Ward dalam Romli, 2012 yang dimana adanya pembeda dengan jurnalisme pada umumnya yaitu:

  • Immediacy (Terkait dengan kecepatan dalam penyampaian informasi)
  • Multimedia (Penyajian kombinasi antara teks, gambar, audio, video, grafis dan berbagai media lainnya)
  • Archieving (Pengelompokan atas dasar kategori informasi ataupun kata kunci setiap bidang seperti ekonomi, olahraga dan sebagainya yang dapat diakses kapanpun tanpa batasan sama sekali)
  • Relationship (Hubungan dalam hal ini tentu degnan para pembaca/audience yang dimana mereka dapat berkomunikasi langsung untuk memberikan komentar, saran, dan kritik)

Hal-hal di atas dapat kita lihat dengan munculnya berbagai portal berita online yang dimana merupakan pusat dari kegiatan jurnalisme online dan multimedia itu sendiri. Banyak media konvensional yang merubah haluan ataupun melebarkan sayapnya ke dunia media online. Hal ini terjadi karena kesimpulan atas penjelasan sebelumnya bahwa media online mempunyai akses informasi yang begitu cepat, fleksibel yang artinya dapat digunakan kapan saja dan dimana saja.

Jurnalisme online seringkali menjadi sorotan karena sering mempertaruhkan/mengorbankan prinsip dasar dari juranlisme sesungguhnya demi mengejar kecepatan. Kecepatan menjadi alasan utama untuk media online dapat diterima oleh masyarakat. Bagaimana tidak, contoh ketika terjadi peristiwa bencana alam di luar Indonesia dapat diketahui hanya dengan sekejap mata dan sampai pada audience. Namun dibalik kecepatan yang diagung-agungkan oleh media online tersebut, terdapat banyak implikasi dan hal negatif lainnya yang membuat pemberitaan/informasi tidak akurat karena eksistensi dari kecepatan tersebut. Maksudnya adalah pemberitaan yang ada tidak mengandung pesan yang sebenaranya ingin disampaikan (Miss-Informasi).

Adu kecepatan ini hanya menimbulkan beberapa implikasi serius khususnya terkait keakuratan berita.  Berita-berita yang ada dimasyarakat tayang begitu saja tanpa adanya akurasi yang baik, dalam hal ini seperti ketika ada satu artikel yang memuat judul yang tidak selaras dengan isi berita yang ada.

Media mulai secara perlahan memunculkan sifat ego mereka dalam meraup keuntungan dan menutup mata akan hal yang seharusnya dilakukan dengan baik dan benar dalam hal ini adalah pemberitaan secara akurat dan cepat. Media tidak lagi mempedulikan hak-hak audience untuk dapat menerima informasi yang baik dan akurat sesuai dengan Kode Etik Watawan Indonesia yang berbunyi "Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi". Semua hal tersebut hanya berlandaskan atas nama kecepatan dan melupakan esensi sebenarnya dalam sebuah kegiatan jurnalisme.

Dalam hal ini, akurasi lah yang menjadi tolak ukur untuk melihat bahwa berita tersebut dalam jalur yang pasti dan dapat berjalan sesuai fungsinya yaitu menginformasi audience. Akurasi merupakan hal yang teramat fundamental dalam kegiatan jurnalisme, karena ketika berita tidak mempunyai keakuratan hal tersebut dapat berdampak pada hilangnya kredibilitas media online tersebut dan paling buruknya lagi adalah eksistensi dari portal berita tersebut redup.

Hal yang dapat kita lihat dan nilai secara umum dari akuratnya sebuah berita adalah  Headline dari berita tersebut yang harusnya dapat selaras dengan isi berita. Fenomena yag menarik adalah ketika Headline berita yang ada pada media online seringkali berbentuk Clickbait Headline, hal ini dilakukan guna untuk menarik para audience dan diharapkan dapat meningkatkan minat pada berita tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun