Mohon tunggu...
Misbahuddin
Misbahuddin Mohon Tunggu... -

Saya Mahasiswa dari kota pamekasan yang kuliah di Universitas Islam Malang mengambil Jurusan Pendidikan Matematika. Di samping kuliah UNISMA saya juga kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Sosial di Perumahan Kota

28 Februari 2017   07:12 Diperbarui: 28 Februari 2017   07:27 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Sungguh menyedihkan dalam pikiran saya ketika melihat suasana interaksi sosial di kompleks perumahan. Pengalaman beberapa kali saya berdomisili di kompleks perumahan selalu melihat sesuatu yang kurang terlihat kekerabatannya, persaudaraanya, dan keakrabannya. Walaupun tidak semua kompleks perumahan tampak seperti itu.

Salah satu yang sangat miris sekali ketika salah satu tetangga di kompleks perumahan ada yang meninggal dunia. Maka ukhuwah insaniahnya dalam diri tetangga yang lain sulit untuk bisa teraplikasi. Takziah bukan dari tetangga sebelah, melainkan saudara yang jauh yang menghampirinya. Tetangga hanya datang sebentar kemudian pulang lagi, itupun kalau sempat datang. Sungguh terlihat perbedaan yang jelas dari kehidupan sosial di perumahan dan di suatu kampung atau desa. Padahal kalau dibilang penghuni perumahan itu, kalangan ustadz, guru, dosen, ilmuwan, pegawai kantor pemerinatahan dan orang-orang berilmu. Tapi entah kemana kepekaan sosialnya.

Hal ini dikarenakan berbagai faktor yang menyebabkan adanya ukhuwah yang kurang baik antartetanngga. Pertama, karena rata-rata yang menetap di kompleks perumahan seorang perantau atau pendatang baru dari daerah lain. Kedua, mereka punya kesibukan kerja misalnya pegawai, pengusaha, perusahaan, dan karir-karir yang lain. Ketiga, mereka seakan-akan tidak mempunyai rasa tanggung jawab sosial dengan alasan tidak ada hubungan sanak famili. Keempat, mereka para pendatang ada berbagai suku dan budaya, bahkan agama asli dari daerahnya yang belum bisa dipadukan dengan budaya dan tradisi tetangga.

Empat faktor yang penulis sebut bukan satu-satunya alasan yang tidak baik dari adanya interaksi sosial di kompleks perumahan. Masih banyak faktor-faktor yang lain yang menyebabkan kompleks perumahan menjadi kurang berinteraksi sosial sebagaimana di desa. Tentu kehidupan sosial di kompleks perumahan tidak bisa dibandingkan dengan penduduk di suatu kampung. Walaupun semestinya para penduduk perumahan harus belajar dari interaksi sosial yang terjadi di suatu penduduk Desa tau Kampung.

Tapi di sisi lain ada banyak juga kompleks perumahan yang sudah mulai tumbuh toleransi, ukhuwah, dan ikatan persaudaraan yang kuat. Ini juga terjadi ketika penulis berdomisili di sebuah masjid yang ada di sebuah perumahan. Di perumahan ini nilai-nilai budaya dan tradisi desa mulai ditumbuhkembangkan. Ikatan persaudaraan terlihat dalam kegiatan acara RT dan juga acara Masjid. Di tempat ini sudah ada kegiatan tahlil secara bergiliran setiap bulan, ada kegiatan khotmil Quran, kerja bakti dan kegiatan-kegiatan PKK. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sudah mulai punya kesadaran akan ukhuwah insaniahnya sebagai mahluk yang tidak lepas dari kehidupan sosial.

Kalau belajar dari kehidupan sosial yang ada di perumahan bahwasanya kesejahteraan itu tidak bisa dilihat dari jabatan, uang, maupun materi yang lain. Kesejahteraan, ketetrataman, dan kenyaman hidup seseorang itu bersifat relatif. Ada hanya karena kenyaman sosial maka hidup pribadinya merasa nyaman. Ada karena ketentraman warga setempat maka keluarganya pun merasa tentram. Begitu pun kesejahteraan. Wallahu a’lam bisshowab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun