Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Faktor di Balik Skor

26 Maret 2023   09:16 Diperbarui: 26 Maret 2023   09:20 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Ayah Bunda yang dirahmati Allah. Kadang-kadang kita terjebak untuk berkomentar spontan terhadap perolehan anak-anak, dalam hal apa pun itu.

Misalnya:

  • "Kamu kurang rajin sih. Jadi aja lombanya kalah."
  • "Kenapa gak berangkat ke masjid? Kenapa kamu di rumah aja?"
  • "Kenpaa nilai matematikamu jelek? Kenapa gak kayak orang lain?"

Prejudice. Penghakiman. Tanpa sadar mengalir dari hati dan ucapan kita kepada anak-anak. Tanpa menakar alasan di balik apa yang terjadi.

Sama halnya dengan konteks menertawakan, menyoraki, meneriaki, hingga bermai-ramai atau massif menyebutjan kekurangan seseorang (anak). Dalam hal ini, ada seorang anak yang didaulat mewakili sekolahnya mengikuti sebuah lomba. Tepatnya, lomba membawakan lagu. Dari awal hingga akhir, sang anak membawakan lagu, terlihat jelas tidak stabil. Suara bergetar, bahasa tubuh sangat kaku, lalu kondisinya terlihat semakin minder. Sekelebat, para penonton bisa saja menganggapnya sebagai lelucon, karena memang kondisinya "pikaseurieun" alias menjadi bahan tawa.

Namun sebagai orang dewasa yang bijak, sewajarnya untuk menakar alasan di balik kondisi peserta lomba dengan kondisi tidak stabil seperti yang telah dijelaskan. Bisa jadi anak gadis tersebut sedang haid (karena ketepatan kelas besar). Bisa jadi juga belum sarapan, bisa jadi melihat dan dilihat orang yang membuatnya gugup, bisa jadi baru saja diingatkan atau mendapat kata-kata yang menakan dari orang dewasa di sekitarnya, atau karena  faktor lain yang belum terungkap.

Demikian salah satu kausalitas kehidupan alias hukum sebab akibat. Ada banyak kemungkinan alasan di balik kondisi anak. Terlepas apakah kondisinya adalah sebuah pencapaian (prestasi, prestise, peringkat, dan sejenisnya), sebuah kemunduran atau bahkan sebuah kondisi khusus seperti masalah-masalah  tak terduga.

Kalah maupun menang, unggul maupun kurang, sama dan berbeda dengan orang lain, hakikatnya adalah sebuah hasil yang mengemuka. Yang kasat mata. Namun terkadang kita lupa, bahwa tetap ada pengorbanan yang telah anak tempuh di balik setiap skor yang muncul ke permukaan.

Mendewasalah kita para orang tua. Bahwa setiap kesalahan, kekurangan, kekurangtepatan, ketidaksinkronan, ketidaksimetrisan yang anak-anak tunjukkan, sesungguhnya bisa kita eksplorasi alasan-alasa di balikya. Bahkan bisa jadi, alasan besarnya ada pada kita. Bukan pada mereka.

Tetaplah menambah kapasitas keorangtuaan dalam hal berpersepsi yang empatik, hingga kita tak hanya fokus pada kekurangan demi kekurangan. Melainkan fokus juga terhadap alasan. Dengan demikian, kita akan terus bertumbuh menjadi orang tua yang berorientasi pada solusi. Bukan menjadi bagian dari orang tua yang senang menghakimi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun