Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aneka Drama Manusia di Depan Kamera (Tafakur Berita Lesti Kejora)

30 September 2022   11:10 Diperbarui: 30 September 2022   11:26 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://news.detik.com/berita/d-6319780/polisi-ungkap-pemicu-kdrt-ke-lesti-kejora-rizky-billar-ketahuan-selingkuh

Sebuah pergesaran pola dari kertas ke digital memang cukup memberi sekian perubahan sosial. Dulu, kedekatan masyarakat terhadap para idolanya tak sedekat dan seerat hari ini. Dulu, para idola (artis, atlit, dan pesojor lainnya) hanya "nongol" di layar televisi yang baru berjumlah berapa stasiun saja plus di majalah atau koran yang terbitnya tak setiap hari.

Hari ini, dengan tayangan foto, video, short video di berbagai platform sosial media bahkan secara pararel tayang di hampir semua platform (mulai dari facebook, instagram, twitter, youtube, dan kanal-kanal berita online yang sangat merebak). Dan hari ini, jumlah tayangan wajah para idola itu hampr di setiap detik. Bahkan kita tinggal membuka berandapencarian, berita-berita para junjungan itu automuncul.

Bicara soal tayangan berita para idola, dalam kurun dua tahun ini beranda sosial media saya dipenuhi berita Lesti Kejora dan Lesti Billar. Saya tahu Lesti Kejora sebagai pemenang audisi di sebuah televisi, tanpa mengetahui lebih jauh. Tapi jujur, saya sendiri cukup terganggu dengan fanatisnya para netizen yang begitu massif membela sekecil apa pun pertanyaan atau komentar yang kurang sreg untuk mereka. Bahkan netizen seolah tak rela anaknya Lesti dan Billar jika tak dipanggil "ganteng" oleh salah satu atau beberapa komentator.

Namun dalam hal ini tentu saja saya tidak sama sekali bermaksud menyampaikan tak suka. Namun lebih melihat sebuah "fenomena berlebihan". Termasuk dari gaya Lesti dan Billarnya sendiri di mana hampir segala tentang mereka berdua tertangkap kamera dan terberitakan lalu dibanjiri komentar kara fans-nya.

Jika mencermati perjalanan hidup Lesti sendiri. Itu sebuah inspirasi. seorang gadis dari sebuah kampung di Cianjur, atas kuasa allah, mampu melampaui sebuah prsetasi, hingga berubah berbagai sisi kehidupannya. Finansial, sosial, dan seterusnya. Namun di luar inspirasi tersebut, barangkali kita butuh dewasa mencermati sikapnya.

Bagaimana Lesti mengumbar kemesraan di depan publik. Lalu bagaimana pula para fans dengan begitu emosionalnya, saling berbagi berita  tentang Leslar (Lesti dan Billar). Seolah sakinah mawaddah warohmah itu hanya milik mereka berdua. Yang lain, entah apa disebutnya. Lalu hari ini, tetiba netizen dikejutkan dengan berita KDRT. Padahal netizen telah dibuat memiliki kesimpulan dan pandangan bahwa mereka adalah pasangan yang sangat romantis. Jadinya anomali. "Musibah" yang mengemuka, jauh panggang dari api dengan konten romantisme yang sedari awal sangat melekat.

Barangkali fenomena ini juga cukup menjadi keresahan. Bahwa sesuatu yang berelebihan tentu saja tak dibenarkan. Berlebihan mengumbar kebahagiaan, berlebihan, mengekspresikan kemesraan, dan seterusnya. Ketika tiba atau sampai pada kondisi kecewa, kemesraan yang sangat terpublikasi itu hanya menjadi sebuah cerita bahkan tak ada apa-apanya. Terlepas, kebersamaan mereka berdua yang pada banyak konteks juga bagian dari agenda-agenda sponsorship. 

Namun kiranya sebuah sabda Rsaulullah Saw menjadi sebuah renungan. "Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta" (HR Tirmidzi). Maka tak perlu berlebihan dalam mengekspresikan. Manusia dianugerahi cinta, namun manusia juga cukup dekat degan kecewa.

Dan barangkali kita tak perlu terjebak dengan kamera. Wajarlah kiranya saat di depan dan di belakang kamera. Pun kita sebagai netizen, performa di depan kamera belum tentu seratus persen menggambarkan apa yang sesungguhnya. Karena secara psikologisd, di depan kamera kita akan jauh lebih berhati-hati, jauh lebih perfeksionis, bahkan bisa jadi berani memanipulasi kondisi yang sesungguhnya.

Walloohu'alam bishshowaab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun