Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Relaksasi untuk Mengakrabi Buah Hati

8 Maret 2022   10:26 Diperbarui: 8 Maret 2022   11:19 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah bunda. Mungkin kita sama-sama sepakat bahwa hal terbaik yang dibutuhkan anak-anak adalah menghabiskan waktu bersama ayah dan ibunya. Walaupun pada faktanya ayah dan ibu tak bisa dalam waktu 24 jam penuh bersama-sama dengan anak. Namun idealisme untuk bisa memiliki waktu yang cukup luang untuk lebih dekat dengan anak, tentu saja wajib untuk kita miliki. Paling tidak, kita terus berusaha dan berupaya.

Menjadi seorang ibu, baik ibu rumah tangga yang seharian di rumah maupun ibu bekerja, memiliki satu kesamaan dimana keduanya tidak punya banyak waktu untuk bersama dengan anak. Bagi ibu rumah tangga, disibukkan dengan sekian banyak pekerjaan yang seolah tidak ada habis-habisnya, mulai dari menyiapkan sarapan hingga menggosok pakaian. Ibu bekerja demikian pula. 

Bahkan ada diantara ibu bekerja yang kadang-kadang tak berjumpa dengan anak karena anak sudah tertidur ketika tiba di rumah. Dan dalam persoalan ini, bukan hanya ibu tentu saja. Melainkan ayah pun punya dilematika yang tak jauh berbeda. Baik ayah yang banyak menghabiskan waktu untuk berkarya di rumah maupun ayah yang beraktivitas jauh di luar rumah. Dua-duanya belum tentu memiliki waktu yang tenang dan khusus untuk bersama-sama dengan anak.

Jadi pada intinya, bisa kita tarik sebuah simpulan bahwa hampir setiap orang tua memiliki kesibukan. Sampai pada suatu ketika, terlebih ketika dipicu oleh beban-beban pikiran yang muncul, kesibukan tersebut menjadi sebuah letupan-letupan lelah, bosan,  penat, kesal, tidak tentram, tidak tenang, dan sekian banyak perasaan negatif lainnya. 

Pada akhirnya, letupan-letupan tersebut memercik dan pada anak-anak. Bentuknya pun beragam. Ada yang berupa kemarahan, ngomel-ngomel, penghakiman, bahkan sampai pada tingkat abuse (penyiksaan). Naudzubillaah.

Meluapkan kemarahan kepada buah hati tentu saja sangat disayangkan. Dan kenyataan semacam ini cukup mengerikan, dimana stimulasi-stimulasi negatif seperti berteriak, memperlakukan anak dengan kasar, sadisme, menakut-nakuti anak, dan selalu berganti-ganti pengasuh yang tidak ada jaminan kearifannya, akan membuat sel-sel otak membentuk respon yang salah sehingga kelak anak akan memberikan reaksi terhadap segala hal dalam sikap yang negatif seperti marah dan aksi impulsif yang mengarah ke kekerasan.

Ayah Bunda yang selalu berbahagia. Tentu kita tak ingin membiarkan anak-anak kita menderita dalam waktu sesingkat apapun. Oleh kaena itulah, penting untuk diingat bahwa menjadi orang tua bijaksana itu butuh KETENANGAN. 

Menjadi orang tua yang mampu membahagiakan anak itu harus terlebih dahulu membahagiakan dirinya. Bukan sebaliknya, sibuk dengan pekerjaan dan persoalan. Jadi, daripada anak harus menjadi korban atas kekesalan kita, Ayah Bunda boleh pertimbangkan beberapa tawaran berikut:

1. Lupakan

Lupakan perasaan-perasaan yang kurang bersahabat yang membuat kita lelah dan kesal. Bahkan ketika menggosok pakaian itu semakin memicu kita menjadi lelah dan bosan, maka biarkan pakaian-pakaian kusut itu disimpan dan ditutup rapat dalam keranjang. Biarkan dulu untuk sementara waktu. Tak ada sanksi bagi kita hanya karena sehari saja absen dari aktivitas menggosok baju. Biarkan kita benar-benar bahagia. Dan biarkan anak-anak merasa puas berada di samping kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun