Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengasuhan, Antara Kesabaran dan Kesadaran

3 Maret 2022   21:44 Diperbarui: 3 Maret 2022   21:54 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi orang tua yang mindfulness alias sadar dengan peran yang harus diampu, itu memang tidak mudah. Bahkan tak cukup dengan hanya diucapkan. Artinya, praktik di lapangan atau sisi psikomotorik dari nilai mindfulness itu tak sederhana. 

Adapun dua sisi sikap mindfulness itu adalah kesabaran dan kesadaran. Tentang kesabaran ini, banyak sekali ayat Al-Qur'an yang mengigatkan dan membahasnya. Salah satunya ada di dalam sura Al-Baqarah ayat 45. "Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." Ini artinya adalah bahwa kesabaran menjadi kunci agar pengasuhan kita tidak termasuk ke dalam pengasuhan reaktif. Atau dalam istilah lain, bahwa pengasuhan positif (positive parenting) itu ditopangnya dengan kesabaran. Salat lima waktu yang terjaga dengan baik dan benar, kebiasaan kita mendawamkan istighfar, itu merupakan media untuk melatih dan membekali jiwa agar memiliki kesabaran, sehingga menghadapi anak-anak dengan mindfulness alias tanpa kemarahan dan kekesalan.

Setelah kesabaran, selanjutnya adalah kesadaran. Apa yang dimaksud sadar dalam hal ini? 

  1. Sadar Peran
  2. Sadar Fitrah
  3. Sadar Takdir
  4. Sadar Kelebihan dan Kekurangan Diri

Apa yang dimaksud sadar peran? Sadar peran artinya adalah bahwa apa pun lingkungan sosial kita, bergerak di organisasi apa pun kita, sebanyak apa pun kesibukan kerja kita, sehebat apa pun posisi kita di dalam karier, hakikat peran kita adalah sebagai orang tua untuk anak-anaknya. 

Apa yang dimaksud sadar fitrah? Sadar fitrah dapat dicontohkan dengan bahwa fitrah menikah, salah satunya adalah hamil dan mempunyai anak. Selanjutnya, fitrah kita adalah mengurusi berbagai variabel kerumahtanggan. Nah, terkait dengan bab fitrah ini adalah sesuatu yang melekat bagi kita sebagai orang tua dalam mendidik dan megurusi kebutuhan anak. Artinya, meskipun urusan sarapan pagi itu secara teknis bisa diatur (bisa dibantu ART atau bisa membeli), tetapi secara prinsip, sebagai orang tua kita memastikan akan ketersediaan makan minum untuk anak-anak. Dan hal tersebut hanya bagian dari sekian contoh atau perumpamaan.

Apa yang dimaksud sadar takdir? Kita dilahirkan dari keluarga A, menikah dengan siapa, dikaruniai anak berapa, bekerja di mana, berada di lingkungan sosial seperti apa, punya dinamika hidup seperti apa, dll. Itu adalah bagian dari konteks kesadaran kita sebagai orang tua menerima ketetapan Allah Swt.

Selanjutnya, apa yang dimaksud sadar kelebihan dan kekurangan diri? Segala kelebihan yang kita punya, tentu tak luput dari kekurangan atau bahkan keterbatasan. Artinya, sehebat dan se-perfect apa pun kita sebagai orang tua, tentu saja bersama kekurangannya. Pun di luar konteks kita sebagai orang tua, berlaku sunatullah bahwa ketika kita memiliki kelebihan, maka secara sekaligus bersama kekurangannya.

Empat kesadaran tersebut, setidaknya menjadi sebuah landasan bagi kita bahwa menjalani peran pengasuhan itu dipasok oleh ragam kesadaran. Termasuk kesadaran kita menghadapi dinamika dampak pandemi COVID-19 di mana kita harus mendampingi anak-anak belajar setiap harinya. Dalam proses mendampingi tersebut, tentu bukan tak ada ujian, bukan tak ada "drama" akibat anak dan kita berada dalam kondisi sama-sama bosan. Namun di situlah, kesadaran kita terhadap takdir itu berperan.

Tentang kesadaran menjalani peran, kita pun diingatkan Allah Swt. dalam Al-Baqarah: 12. "Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun