Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perempuan dan Modalitas Gagasan

21 April 2021   14:15 Diperbarui: 24 April 2021   09:30 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wanita hebat. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Meluruskan miskonsepsi sebuah diksi bernama emansipasi, penting menjadi perenuangan tersendiri. Sebagai kaum perempuan, kita perlu tukmaninah memahami diksi familier itu (emansipasi). 

Karena, biar bagaimanapun, emansipasi sebetulnya tak sefrontal persepsi-persepsi yang liar di ranah global. Artinya, emansipasi bukan bebas tanpa mengindahkan kaidah.

Oleh karenanya, menjadi sebuah kekeliruan ketika emansipasi dijadikan pembenaran untuk dibolehkannya hal-hal kontradiktif seperti bolehnya perempuan menjadi imam salat, pembagian hak waris tanpa hukum yang tepat, menuntut hak kesetaraan tanpa batas, dan lain-lain.

Adapun kebebasan yang digagas R.A Kartini adalah kebebasan untuk mencerahkan zaman dan meluruskan cara pandang. 

Sehingga, kaum perempuan memiliki hak untuk mengakses pendidikan, mampu berlepas dari otoritas suatu adat, dan mampu berkontribusi di ranah publik tanpa bertolak belakang dengan fitrah yang diemban.

Jadi, salah satu  kedalaman makna yang bisa kita gali dari pemikiran Kartini adalah tentang bagaimana perempuan dapat menjadi kontributor peradaban.

Berbicara kontributor peradaban, tentu banyak variabel yang harus ditempuh. Karena berbicara membangun negeri dengan segala perniknya bukanlah perkara pragmatis.

Pertama, kita harus bermodalkan mindset yang baik. Artinya, Sebagai perempuan kita harus cerdas menentukan visi hidup. 

Jika visi hidup kita hanya untuk menjadi ibu rumah tangga dengan kebebasan memanfaatkan dan menikmati keluangan waktu yang ada, ini penting direnungi. Karena hakikat hidup manusia itu untuk menebar manfaat.

Dan akan sangat berbeda dengan seorang ibu yang bervisi hidup jelas, meski kesehariannya hanya mengurus rumah tangga. Mereka akan membuatkan road map untuk masing-masing anggota keluarganya, sehingga anggota keluarga di rumahnya terbiasa dengan budaya disiplin, budaya target, budaya belajar, dan budaya produktif.

Kedua, bagaimana kita berupaya untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat itu sendiri merupakan sebuah ide yang dicetuskan oleh komisi internasional untuk pembangunan pendidikan ICDE (The International Council for Open and Distance Education).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun