Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengasuhan, Pengorbanan, dan Kebersyukuran

4 Januari 2021   09:46 Diperbarui: 4 Januari 2021   09:50 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Di luar keistimewaan sebagai manusia dengan kesempurnaan akal yang Allah anugerahkan, kita bisa memuhasabahi diri kita masing-masing sebagai entitas yang jauh lebih banyak "berpangku tangan". Contoh sederhananya adalah saat bayi manusia terlahir ke dunia, kondisinya tak semandiri bayi hewan. 

Artinya, jika bayi hewan bisa langsung mencari air susu ibunya dengan gerakan mandiri, maka tidak dengan bayi manusia. Ia harus dibantu sedemikian rupa. Pun di saat kematian tiba. Ketakberdayaan manusia membutuhkan bantuan sisi kanan kiri untuk mengurusnya.

Hal demikian menjadi filosofi tersendiri bahwa hidup kita tak lepas dari sokongan pihak lain. Bahkan tegak berdirinya kita hingga hari ini adalah bagian dari bantuan berbagai pihak dengan konteksnya masing-masing. 

Dan itulah yang kemudian disebut dengan makhluk sosial. Namun keberadaan demikian bukan tak menuai dampak, di mana seorang manusia sering dibenturkan pada kondisi "merasa nyaman".

Rasa nyaman tersebut terjadi bukan pada orang dewasa, melainkan juga pada anak. Artinya, ada anak yang menuntut sekehendak kepada orang tuanya, hanya karena ia tak menyadari proses. 

Ada anak yang mudah reaktif saat belum atau tidak terpenuhi keinginannya, hanya karena dia tak merasakan apa artinya berusaha. Bahkan ada anak yang merasa tak harus membantu orang tua untuk sekadar menyapu atau pergi ke warung, karena di berpikir bahwa orang tuanya masih powerful alias masih melimpah tenaga.

Demikian pula ketika di antara mereka mudah kecewa, mudah berbalik tujuan dan mudah menyerah, bisa jadi karena memang kita kurang mengajak atau melatihnya untuk menempuh proses. 

Maka, untuk sebuah kebaikan, mari hadirkan ruang untuk mereka mencoba dan berusaha. Mari berikan ruang jelajah, untuk mereka lebih berdaya. Dari sesederhana menjaga adik, sesederhana menerima instruksi mulai dari yang sederhana hingga yang lebih menantang.

Dalam konteks kita sebagai orang dewasa, hal demikian tak bisa luput, di mana banyak di antara kita menganggap dunia ini pragmatis. 

Menganggap bahwa kebahagiaan atau kesenangan yang dimiliki oleh orang lain itu adalah BERDIRI SENDIRI. Padahal di balik itu semua, ada ketergopohan yang kita tak melihatnya secara kasat mata.

Selanjutnya, untuk kita sendiri sebagai orang tua, penting kiranya menerapkan konsep gratitude. Gratitude itu adalah bagian dari konsep psikologi positif, yang bisa kita istilahkan dengan kebersyukuran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun