Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Anak dalam Kawah Candradimuka Covid-19 (Tafakur Hari Anak Nasional 2020)

23 Juli 2020   06:52 Diperbarui: 23 Juli 2020   06:57 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketaklaziman yang --mau tak mau-- harus disambut dan dijalani dengan kelapangan jiwa.

Sebuah proses yang mungkin menjadikan masing-masing diri merasa terkagetkan, terdampak, bahkan hingga ada yang "terpuruk".

Pun anak-anak. Baik anak yang belum bersekolah maupun anak yang sudah terikat oleh regulasi skolastik (dari mulai sekolah formal hingga sekolah nonformal). Betapa mereka telah terbatasi jarak dan ruang. Bahkan untuk sekadar bisa ke luar rumah dengan leluasa untuk bergerak dan mendapatkan sinar matahari.

Demikian pula dengan anak yang sudah terikat dengan sekolah. Bagaiamana fenomena diliburkannya sekolah, harus menjadi sejarah unik yang cukup menguras rasa. Rasa kangen bertemu teman, kebutuhan mengekspresikan spontanitas bahagia bersama teman, spontanitas bersalam sapa, menikmati dimanisnya hari-hari di sekolah, semua harus DIPUASAKAN sementara.

Dan harap-harap cemas dengan waktu pun bukan tak ada. Berharap pandemi akan berakhir di tiga bulan pertama, sehingga tahun ajaran baru bisa kembali dijalani dengan normal. Namun sebaran angka berkata lain. Sebuah kenyataan yang harus membuat anak-anak kita menelan ludah. Menelan ludah akibat urung bersekolah.

Namun perihal ini adalah takdir bersama. Yang tentunya, harus pula dihadapi secara bersama-sama.

Dan saat kita tafakuri "extraordinary"nya sejarah ini, tanpa sadar, menjadikan sebuah KAWAH CANDRADIMUKA untuk mereka, anak-anak kita. Bagaimana pandemi ini mengkaruniakan kepada anak kita sebuah proses indah yang diistilahkan dengan:

Pertama, ASIMILASI. Sebuah proses pembangunan persepsi, pembangunan pola dan pembangunan paradigma. Atau dalam istilah yang bisa kita generalisasikan yaitu proses keimanan, proses ketauhidan. Bagaimana mereka menerima musibah ini sebagai jalan juang. Sebagai ladang belajar.

Kedua, AKOMODASI. Sebuah proses daya suai dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak menerima kenyataan menjadi mampu menerima kenyataan, dari sebuah kekagetan menjadi kewajaran, dari kecilnya arti bersyukur berubah menjadi besar,dari salah menjadi benar, dan lain-lain. Setidaknya, dalam proses ini, mendapat input-input kebaikan.

Ketiga, SKEMA. Sebuah proses terbangunnya struktur mental di mana secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan. Dan inilah proses yang tak sederhana. Bagaimana anak kita harus beradaptasi dari kebiasaan bersekolah dengan pola belajar penuh di rumah. Bagaimana mereka menyambut pembelajaran demi pembelajaran dengan tuntutan menyesuaikan kondisi.

Allohumma sholli 'alaa muhammad. Semoga Allah SWT senantiasa menghadirkan kemudahan, juga menyokong segala ikhtiar kita sebagai manusia. Semoga keberadaan diri kita sebagai orang tua, sebagai guru, dilimpahi kesiapan mental dan kemapanan logika untuk memapah anak-anak kita di rumah dalam setiap proses belajar mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun