Mohon tunggu...
Mia Nurkamila
Mia Nurkamila Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

@mianurkamila_

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekolah Tatap Muka Kembali Dibuka di Tengah Pandemi?

11 Maret 2021   21:18 Diperbarui: 11 Maret 2021   21:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari setahun berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini, sejak bulan Maret 2020 aktifitas pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas. Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai. Akibatnya banyak anak sekolah sendiri yang kurang siap menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak.

   Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal 30-40 orang. Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat dengan menerapkan pembiasaan penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun. Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19.

   Arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni pembelajaran secara daring. Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Nadiem berpendapat, "kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran".

   Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun penyampaian dari guru. Terlebih orang tua atau wali muridnya. Lagi-lagi mengalami gegar pembelajaran yang luar biasa. Orang tua yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring. Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah. Untuk level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level SD bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini. Sekurang-kurangnya keluhan ini yang dialami oleh teman-teman penulis.

   Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menargetkan sekolah tatap muka bakal dibuka pada Juli 2021. Target itu dipatok setelah vaksinasi Covid-19 bagi tenaga pendidik selesai pada Juni 2021. Sementara, pemerintah menargetkan akhir Juni 2021 sebanyak 5,5 juta guru dan dosen selesai divaksinasi Covid-19. Pemerintah berharap seusai vaksinasi, sekolah kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

   "Kami ingin memastikan kalau kita bisa menyelesaikan vaksinasi sampai akhir Juni, sehingga Juli sudah bisa melakukan proses tatap muka di sekolah," kata Nadiem seusai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau pelaksanaan vaksinasi massal Covid-19 di SMA 70 Bulungan, Jakarta, Rabu (24/2/2021).

   Ia mengemukakan, guru dan dosen termasuk salah satu prioritas untuk vaksinasi Covid-19 karena sektor pendidikan sampai saat ini belum bisa melaksanakan proses kegiatan tatap muka.  Sementara pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilaksanakan terlalu lama, kata dia berisiko besar bagi para siswa.           

   "Jadi, kita harus mengambil tindakan yang cepat dan gesit untuk bisa melaksanakan lagi sekolah tatap muka," ujarnya.

   Pembelajaran yang dilakukan dari jarak jauh (daring) ini rasanya memang tidak efektif untuk para siswa. Saya sendiri pun merasa bahwa pembelajaran lebih sulit dimengerti jika dibandingkan dengan pembelajaran offline dimana para siswa lebih mudah menangkap materi yang dijelaskan. Mungkin, pembukaan kembali sekolah tatap muka ada baiknya. Hal ini bisa membuat pelajaran yang lebih efektif serta meningkatkan kualitas para siswa lagi. Tentunya, di tengah pandemi kita tidak bisa bertindak seenaknya. Kita tetap harus melaksanakan protokol kesehatan yang sangat ketat. Kalau bisa, setelah vaksinasi para pendidik selesai, bisa dilanjutkan vaksinasi kepada para siswa untuk meminimalisir penyebaran virus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun