Mohon tunggu...
Mia Nurkamila
Mia Nurkamila Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

@mianurkamila_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jangan Takut dan Coba Lagi

23 Februari 2021   22:21 Diperbarui: 23 Februari 2021   22:48 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Sesampainya dirumah, aku buka hasil ujian itu bersama ibuku.

"Bismillahirrahmanirrahim. Yaa Allah, apapun hasilnya ini pasti yang terbaik. Engkau maha mengetahui segalanya." Do'aku saat itu.

   Mataku menahan air mata agar tidak tumpah tepat ke pipiku, raut wajahku seolah memaksaku untuk bersedih.  Ya, hari itu aku merasa gagal lagi. Aku mendapatkan hasil yang kurang baik, lagi. Sedih dan kecewa banget rasanya. Mimpiku jatuh terlalu jauh sampai aku sulit untuk menggapainya. Hatiku dipenuhi dengan pertanyaan kenapa harus aku lagi?

   Aku mencoba jalur anak guru untuk masuk ke sekolah impianku. Besar sekali harapanku untuk masuk ke sekolah itu. Aku hanya bermodalkan nilai ujian yang tidak begitu tinggi, jarak rumah yang sangat jauh, serta do'a.

   Ternyata hasilnya sama saja. Aku dinyatakan tidak lolos karena ternyata jarak rumah yang jauh mempengaruhi penilaian juga. Jatuh lagi, kecewa lagi, sedih lagi. Aku semakin takut untuk melangkah lagi.

   Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke sekolah negeri yang satu wilayah dengan rumahku. Dengan rasa percaya diri, penuh keyakinan dan do'a, aku gantungkan harapanku disana. Aku sudah ikhlas. Terserah dan gimana baiknya saja.

   Kulihat selembaran kertas pengumuman yang berisikan pernyataan bahwa aku lolos di sekolah itu. aku ikhlas dan aku bersyukur saat itu.

   Tahun berganti tahun aku menikmati dan menjalani ini semua. Tiba-tiba aja duduk di bangku kelas 12 yang kembali disibukkan dengan masa-masa ujian. Mulai pusing-pusingnya mikirin kuliah juga sih sebenernya. Tentunya, aku juga punya mimpi yang besar lagi.

   Hari itu adalah pengumuman siswa eligible yang berhak mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri dengan jalur raport. Aku selalu berdo'a juga berusaha agar aku masuk ke dalam bagian itu.

   Awal pengumuman, aku dinyatakan tidak masuk ke bagian siswa eligible. Sedih? Jelas. Kecewa lagi? Tentu. Namun saat itu aku bukan lagi anak SMP dan SD yang selalu menyalahkan diri sendiri ketika aku gagal meraih sesuatu. Aku menangis hari itu. Bahkan, Ibuku menyaksikan tangisanku hari itu.

"Gapapa, masih banyak jalur lain. Jangan nangis. Sekuat apapun kita menginginkan sesuatu, kalau bukan rezekinya, ya gaakan Allah kasih. Cuma Allah yang tau mana yang terbaik untuk kita." Ujar Ibuku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun