Mohon tunggu...
Mia Agustina
Mia Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

Perkenalkan saya Mia Agustina Haryono mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Akuntansi S-1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurangnya Efektivitas Penggunaan Bahasa Daerah di Kota-kota Besar

18 Juni 2021   19:50 Diperbarui: 18 Juni 2021   20:19 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini Bahasa Indonesia tampak makin payah dan sempoyongan dalam memikul beban peradaban pada era global dan mondial ini. Bahasa Indonesia mulai terdesak oleh bahasa asing, terutama oleh Bahasa Inggris. Hal ini tidak hanya terjadi antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, tetapi juga antara Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Kenyataan yang ada sekarang ini, fungsi bahasa daerah mulai tergantikan oleh Bahasa Indonesia. Seperti yang terjadi di kota-kota besar.

Di kota besar sangat jarang masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, baik di lingkungan keluarga sekalipun. Memang banar masyarakat di perkotaan adalah pendatang dari berbagai daerah. Tetapi tidak berarti kita harus melupakan bahasa daerah sendiri. Setidaknya kita masih menggunakannya bersama dengan keluarga kita. Sebagai contoh saat ini banyak keluarga muda suku Jawa berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia pada anak balitanya, bukan lagi dengan bahasa Jawa.

Parahnya lagi, tidak sedikit orang yang menganggap aneh jika ada seseorang yang menggunakan bahasa daerah saat berbicara dengan temannya. Dikatakan bahwa pembagian fungsi kemasyarakatan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat dilihat dengan indikator kelas sosial, usia, pola perkawinan, lokasi pemakaian, situasi pemakaian, dan sebagainya. Semakin tinggi kelas sosial, semakin besar kemungkinan dipergunakannya Bahasa Indonesia.

Indikasi adanya ancaman akan kepunahan bahasa daerah diungkapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Bambang Sudibyo, ketika mewakili Presiden membuka Kongres Bahasa Jawa (KBJ IV 2006 di Semarang, Jawa Tengah, Senin. Dalam pidatonya diungkapkan bahwa sebanyak 726 bahasa daerah di Indonesia terancam punah akibat perkembangan tatatan baru kehidupan dunia dan teknologi informasi yang semakin sarat dengan tuntutan dan tantangan globalisasi.

Di era globalisasi ini, nampaknya eksistensi bahasa daerah mulai terdesak oleh bahasa Indonesia. Semakin hari, fungsi bahasa daerah mulai tergantikan oleh bahasa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri penguasaan bahasa Indonesia merupakan hal penting dalam era informasi dan komunikasi. Akan tetapi, jangan sampai bahasa Indonesia semakin mendesak eksistensi bahasa daerah. Dalam komunikasi nonformal, interaksi antar anggota keluarga diharapkan menggunakan bahasa daerah. Begitu pula interaksi dalam lingkungan masyarakat sekitar menggunakan bahasa daerah. Bahasa Indonesia digunakan dalam fungsi komunikasi formal, misal di sekolah dan di kantor.

Menjadi tanggung jawab bersama seluruh bangsa Indonesia untuk melestarikan bahasa daerah. Jangan sampai di era globalisasi ini justru masyarakat Indonesia menjadi asing di tengah bangsa sendiri. Bila hal tersebut tidak dilakukan agaknya bangsa Indonesia mulai menggali kubur bagi bahasanya sendiri dan pelan-pelan mengucapkan selamat tinggal bahasa dan bangsa Indonesia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun