Mohon tunggu...
Siti Mahmudah
Siti Mahmudah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Walisongo Semarang

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Guru Matematika terhadap Perkembangan Psikologi Anak Sekolah Dasar

18 April 2021   22:25 Diperbarui: 18 April 2021   23:09 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kedua, kompetensi kepribadian. Seorang guru matematika perlu memiliki kesabaran ekstra dan pengendalian emosi ketika menemukan anak yang kurang mampu dalam mata pelajaran matematika. Ketiga, kompetensi sosial. Ketika anak didik datang ke kelas dalam keadaan yang kurang siap untuk belajar, guru perlu mencoba untuk mendengarkan apakah ada alasan yang mendasar yang menyebabkan hal tersebut. Dan yang keempat, kompetensi profesional. Guru matematika harus menguasai bidangnya (Jurnal Kurnia Putri, 2018)

Selanjutnya, selain kompetensi yang harus dimiliki guru matematika, metode pembelajaran matematika juga diperlukan untuk menciptakan ruang kelas yang kondusif. Metode yang tepat untuk pelajaran matematika adalah metode yang bersifat konvensional yaitu metode ceramah atau melakukan penjelasan yang dikombinasikan dengan metode ekspositori dan latihan. 

Pada saat pemaparan materi guru menyertakannya dengan memberikan beberapa contoh sebagai latihan kepada anak untuk dikerjakan di dalam kelas. Apabila dari hasil tersebut anak sudah banyak yang benar dalam pengerjaan tugas latihan maka akan dilanjutkan ke materi berikutnya dan jika belum akan diulang kembali (Jurnal Zul Anwar, 2012). Jika guru menggunakan metode ini, sudah dipastikan anak tidak akan menganggap materi yang diajarkan dengan ujian berbeda, dan juga matematika tidak akan menjadi pelajaran dengan jumlah remedi tertinggi. 

Tidak hanya itu, saat pemberian PR anak akan tanggap jika dibimbing orang tua, sehingga meminimalisir kemarahan orang tua yang dapat menjatuhkan mental anak. Apabila permasalahan ini dalam kehidupan sehari-hari teratasi, maka anak akan merasa percaya diri akan kemampuannya dalam matematika tanpa tekanan dari siapa pun.

Untuk menjadi guru matematika yang asyik dan menyenangkan agar tidak membuat anak didik tertekan, tentunya perlu beberapa tips. Pertama, mempersiapkan bahan ajar dapat mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran. 

Kedua, guru jangan hanya menggunakan metode ceramah saja, tetapi juga metode yang menyenangkan, yaitu yang membuat anak aktif dan melakukan sendiri. Misalkan mengamati secara langsung alam sekitar dengan alat bantu "audio-visual", metode permainan atau game, dan lain-lain. 

Ketiga, menjadi guru yang humoris agar pembelajaran tidak membosankan. Misalnya diselingi dengan gurauan namun tidak terlepas dari fokus pembelajaran. Keempat, guru senantiasa ramah, berpenampilan yang sopan dan sabar. Menjaga penampilan bagi seorang guru merupakan suatu keharusan, karena kalau seorang guru berpenampilan menarik dan rapi akan membuat anak didik merasa betah dengan guru. 

Kelima, memberikan penghargaan kepada anak yang memiliki kuantitas dan kualitas pertanyaan investigatif yang baik. Keenam, guru memahami psikologi perkembangan anak. 

Guru yang paham psikologi perkembangan anak dapat mengetahui sebab anak berbuat sesuatu, sehingga apabila anak melakukan kesalahan, maka guru dengan tanggap dapat mengubah anak menjadi berbuat baik sesuai tujuan pendidikan.(Jurnal Zainal Abidin, 2019)

Kesimpulannya, matematika menurut anggapan sebagian besar anak sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Faktor-faktor yang membuat anggapan tersebut yaitu mindset guru dan orang tua yang menganggap anak pandai harus mahir matematika, guru yang selalu emosi, metode tunjuk random, remedi terbanyak, PR yang merepotkan orang tua, dan materi dengan ujian berbeda. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan psikologi anak khususnya psikososial. 

Menurut Erik Erikson, tahap pada anak SD ialah Industry versus Inferiority. Yang mana jika anak kesulitan mengerjakan matematika tidak akan memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas, sehingga anak akan mengalami mental tertekan. Cara mengatasi permasalahan ini, dengan mengubah metode pembelajaran, dan menjadi guru yang menyenangkan bagi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun