Mohon tunggu...
M. Helmi Hariadi
M. Helmi Hariadi Mohon Tunggu... Lainnya - [Pendidik | Tenaga Laboratorium IPA | Fisika - Pendidikan Fisika - Pendidikan IPA - Laboratorium IPA ] [Lombok - Jogja | Pencinta Ilmu | Anak Indonesia | Beriman, Belajar, dan Berkarya | Sinari Penjuru ]

Bismillaahi wabihamdihii, Allaahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammad wa'alaa aalihii wa shahbihii wa ummatihii ajma'iin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Tahun Ajaran Baru dan Kesalahpahaman Istilah Normal Baru

17 Juli 2020   03:42 Diperbarui: 17 Juli 2020   03:51 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antara Tahun Ajaran Baru dan Istilah Normal Baru (New Normal) sama-sama mengandung unsur kata baru. Tahun Ajaran Baru tentunya sudah sangat dipahami oleh masyarakat, sudah terkenal tanpa ditrendingkan. Bagaimana dengan istilah New Normal yang kerap kali kita dengarkan? Ternyata begini lho, Sahabat.

Tahun ajaran baru 2020 dimulai pada bulan Juli, tentu masyarakat butuh kepastian bagaimana format pembelajaran berikutnya yang akan dilakukan. Sebenarnya, istilah yang sering kita dengarkan akhir-akhir ini adalah Tahun Ajaran Baru dan New Normal, bukan Normal Baru. Istilah Normal Baru hanya sesekali disampaikan. Entah apa alasannya, tetapi yang jelas dari dulu saya tidak setuju dengan penggunaan istilah itu bagi masyarakat luas.

Saya lebih suka dengan penggunaan istilah Kebiasaan yang Baru, entah cocok ataupun tidak menurut para pencinta istilah New Normal. Karena sejatinya saya tidak faham dengan apa itu New Normal. Saya tahu saya tidak menguasai bahasa itu dengan baik, tetapi saya yakin juga ada banyak masyarakat yang senasib dengan saya. Banyak yang bingung, banyak pula yang tidak suka dengan istilah asing. 

Karena itu perlu kiranya istilah yang digunakan harus mengakomodir kebutuhan kami yang rada-rada bingung dengan istilah-istilah asing. Apalagi jika nanti sasaran dari penggunaan istilah tersebut adalah kami yang hanya baru bisa berbahasa Indonesia.

Sebenarnya saya tidak tertarik mengomentari polemik istilah itu, tetapi keterkaitannya dengan pembelajaran di Tahun Ajaran Baru telah mengajak saya untuk mencoba menulis topik ini. Saya khawatir istilah New Normal yang dipahami diartikan bahwa pembelajaran juga akan normal ataupun kehidupan sudah normal kembali.

Saya ajak Sahabat merenung sesaat, jika disebutkan istilah New Normal apa yang terbayang? Bagi saya, istilah normal yang muncul terlebih dahulu. Saya akan lebih bingung lagi jika saya padukan dengan pemahaman saya dengan istilah normal yang lain, misalnya saja ada istilah terdistrubusi normal. Istilah itupun mungkin familiar dalam bahasa statistik. Cukup memusingkan bukan?

Beberapa hari sebelumnya pemerintah pun mengakui kesalahan penggunaan istilah tersebut. Sayangnya sosialisasi dari pemerintah tidak semasif promosinya lembaga-lembaga tertentu yang bisa tayang bersamaan di hampir semua media nasional. Padahal menurut hemat saya, pemerintah tinggal "minta tolong" untuk menanyangkan iklan layanan masyarakat yang berisi sosialisasi istilah tersebut. Saya yakin, itu pasti bisa.

Karena itu, kesalahpahaman dalam istilah tersebut harus segera disosialisasikan. Antara Tahun Ajaran Baru dan New Normal atau Normal Baru, sama-sama mengandung kata baru. Disitu juga ada kata normal, perlu disampaikan bahwa normal yang dimaksud bukan situasi normal. Sehingga masyarakat dapat memahami bahwa mereka harus tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

Begitupun demikian dengan situasi pembelajaran, kiranya keadaan yang sebenarnya perlu diketahui oleh masyarakat. Misalnya perlu sosialisasi yang baik terhadap kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan pembelajaran di awal Tahun Ajaran Baru ini. Tahun Ajaran Baru bukan berarti semuanya kembali seperti kebiasaan semula, tetapi harus mematuhi arahan dari pemerintah.

Mungkin banyak masyarakat yang perlu sosialisasi bagaimana pembelajaran di Tahun Ajaran Baru ini. Jika ada yang belum faham, kiranya kita bantu untuk menyampaikan apa arahan dari pemerintah. Kita pun perlu membantu upaya pihak sekolah dalam kesuksesan metode pembelajaran yang diterapkan, termasuk juga dengan menjaga keluarga kita dari bahaya penularan Covid-19 ini.

Harus kita akui, negeri ini butuh kekompakan. Kita bantu pemerintah dalam ikhtiar menjaga rakyatnya dari segala macam bahaya. Sebaliknya, pemerintah juga perlu menyampaikan arahan yang dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun