Mohon tunggu...
M. Helmi Hariadi
M. Helmi Hariadi Mohon Tunggu... Lainnya - [Pendidik | Tenaga Laboratorium IPA | Fisika - Pendidikan Fisika - Pendidikan IPA - Laboratorium IPA ] [Lombok - Jogja | Pencinta Ilmu | Anak Indonesia | Beriman, Belajar, dan Berkarya | Sinari Penjuru ]

Bismillaahi wabihamdihii, Allaahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammad wa'alaa aalihii wa shahbihii wa ummatihii ajma'iin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandemi Masih Garang Menyerang, Sudah Siapkah Sekolah Kita?

16 Juli 2020   23:33 Diperbarui: 16 Juli 2020   23:45 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: edukasi.kompas.com

Pembelajaran online membutuhkan banyak persyaratan. Untuk kondisi saat ini, cukup berat. Mungkin hanya bisa dilakukan di kota-kota besar. Untuk pelosok desa tentunya akan sangat tidak memungkinkan, ini terkait dengan ketersediaan fasilitas. Berbagai hal yang harus dipastikan ketersediannya adalah jaringan yang memadai, ketersediaan perangkat komputer/smartphone, serta kuota internet harus cukup.

Selain itu, pihak sekolah juga harus menentukan media yang digunakan dalam pembelajaran online. Pihak sekolah harus memilih dengan tepat sesuai dengan karakteristik mereka. 

Bisa saja pihak sekolah memilih menggunakan media sosial jika memang ketiadaan fasilitas e-learning. Namun demikian, yang pasti guru harus menyiapkan segala kebutuhan bahan ajarnya dalam media yang telah dipilih.

Pembelajaran mandiri yang saya maksudkan disini adalah pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik secara mandiri dan dipantau oleh keluarganya di rumah. Mungkin banyak sekolah yang mencoba pendekatan ini, tetapi cukup berat jika harus meminta sekolah menyediakan kebutuhan bahan ajarnya.

Kiranya pihak sekolah yang memiliki buku paket meminjamkan bukunya kepada semua peserta didik. Semuanya diatur dengan aturan peminjaman pada perpustakaan agar peserta didik bertanggungjawab menjaga buku tersebut. 

Hal ini tentu lebih mungkin, tetapi perlu ada peran serta guru untuk mengendalikan pembelajaran mereka.

Kekurangan fasilitas penunjang pembelajaran bukan lagi menjadi rahasia dalam pendidikan di Indonesia. Memang ada sekolah yang memiliki fasilitas lengkap, tetapi banyak juga yang belum mencapai level itu. Apalagi jika dikaitkan dalam urusan pembelajaran online.

Meskipun demikian, kini sebenarnya peserta didik sudah banyak yang memiliki fasilitas berinternet. Jikapun belum memiliki, kemungkinan orang tua mereka juga sudah punya. Terutama untuk peserta didik jenjang awal sampai jenjang SMP. 

Ketersediaan fasilitas internet orang tua mereka patut dimanfaatkan dengan baik. Jika ingin memastikan kelancarannya, pihak pemerintah maupun pihak penyedia layanan internet harus memberikan kemudahan bagi kelangsungan pembelajaran.

Metode perpaduan ini sebenarnya cukup dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat kontrol pembelajaran dan berbagi bahan ajar secara online. Bahan ajar yang lain dapat diakses melalui buku paket yang mereka miliki maupun yang dipinjamkan oleh pihak sekolah. Dengan langkah ini, guru pun dapat memberikan penugasan yang sesuai untuk keperluan peserta didik.

Selain itu, guru dapat memberikan fasilitas latihan soal ataupun kuis. Peserta didik yang kesulitanpun dapat berkonsultasi dengan guru ataupun berdikusi dengan teman mereka secara online. Ini solusi yang paling memungkinkan untuk keadaan seperti saat ini. Bahkan jika sudah normal sekalipun, metode ini sangat baik digunakan. Perbedaannya adalah pembelajaran mandirinya dilakukan untuk mendukung pembelajaran tatap muka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun