Mohon tunggu...
M Hadi Saputra
M Hadi Saputra Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli

Alumni Mahasiswa Linkage program Magister ITB dan Hiroshima University Alumni Mahasisiwa Kehutanan UGM Tertarik dengan IPTEK Kehutanan dan Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sultan Murod dan Mayat Ahli Maksiat

4 Maret 2021   10:07 Diperbarui: 4 Maret 2021   10:18 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat melihat judul di atas mungkin terbayang seorang pelaku maksiat yang buruk perilakunya. Hal yang sama dengan pandangan masyarakat muslim saat itu. Dan hal yang sangat penting untuk dijadikan pelajaran bagi umat muslim dalam melihat sesuatu. 

Dikisahkan bahwa Sultan Murad saat itu berjalan di tengah kota dan bertemu dengan mayat seorang yang membawa botol miras. Saat itu tidak ada satupun muslim yang datang membantu, bahkan cenderung menjauh. 

Melihat hal tersebut Sultan Murad pun heran dan bertanya kenapa tak ada yang mau membantu si mayat. Seorang muslim yang berada di dekatnya menjawab bahwa mayat tersebut adalah seorang ahli maksiat sehingga tak ada orang muslim yang mau membantunya. 

Mendengar hal tersebut Sultan Murad yang yakin akan perlunya membantu seorang muslim walaupun ia ahli maksiat minta ditunjukkan jalan menuju rumah si mayat. 

Singkat kisah, saat sampai di rumah sang mayat, istri nya membukakan pintu sambil menangis. Lalu Sultan Murad pun bertanya apa saja yang dilakukan si mayat hingga setiap muslim menyatakan beliau ahli maksiat. Dengan tenang sangat istri berujar " Sesungguhnya suamiku adalah orang yang sholeh. ". 

Setiap hari beliau membeli miras dari setiap toko yang menjual untuk di bawa pulang dan di buang kedalam toilet. Tidak hanya itu, sang mayat semasa hidupnya juga mendatangi tempat pelacuran setiap malam untuk membayar para pezina agar menutup tempat mereka masing-masing, sehingga tidak ada satupun yang dapat melakukan maksiat malam itu. 

"Alhamdulillah, telah ku upayakan agar hari ini maksiat orang-orang terjauhkan" Ungkap sang mayat kepada istrinya setiap malam. Akibat tindakan  tersebut orang-orang mengecap nya sebagai ahli maksiat dan tidak akan ada yang mau membantunya kelak saat kesulitan. Namun sang istri menyampaikan jawaban sang mayat semasa hidupnya akan pernyataan tersebut dengan senyum, " Tidak mengapa, InsyaAllah Sultan dan para orang sholih yang akan merawat jenazah ku jika sampai ajalku". 

Mendengar hal tersebut Sultan Murad menjawab bahwa ia adalah seorang Sultan dan memberi kemuliaan bagi sang mayat dengan mengurusi jenazahnya bersama para ulama dan orang-orang sholih. 

Sungguh pelajaran berharga yang dapat dipetik dari kisah tersebut. 

Sesungguhnya seorang muslim tidaklah mengedepankan prasangka buruk. Bagaimanapun tindakan seorang muslim, ia tetaplah muslim yang butuh tabayun dari muslim yang lain. Terkadang yang terlihat tidak sesuai dengan kenyataannya. Maka kewajiban seorang muslim lah untuk menjaga marwah saudaranya. Namun, di masyarakat saat ini prasangka buruk selalu dikedepankan. Cap ahli maksiat dengan mudah disematkan. Bahkan yang lebih buruk adalah kata yang tersirat dalam hati bahwa " Aku lebih baik darinya", yang menyiratkan kesombongan. 

Bukankah Allah marah terhadap seorang muslim yang memiliki kesombongan dalam hatinya? Bukankah kesombongan adalah hal yang menjerumuskan iblis dalam kemurkaan Allah? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun