Mohon tunggu...
M Fuad Hasyim
M Fuad Hasyim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Filsafat Universitas Indonesia

Seorang Mahasiswa Filsafat yang menggeluti bidang psikologi, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat pikiran, eksistensialisme, sastra, budaya, dan teologi keagamaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain

21 Februari 2023   21:06 Diperbarui: 21 Februari 2023   21:08 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengar pepatah rumput tetangga jauh lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri.

Itu adalah pepatah klise yang menggambarkan bagaimana kita selalu melihat orang lain dan membandingkan diri kita dengan orang lain dalam berbagai hal. Seolah-olah kita selalu berlomba mencapai garis finis dalam lomba siapa yang terbaik, yang sebenarnya tidak ada garis finisnya. Kita selalu melihat orang lain memiliki hal-hal yang lebih baik daripada apa yang kita miliki. Membandingkan diri kita dengan orang lain adalah cara terbodoh manusia dalam berpikir.

Apakah membandingkan diri sendiri dengan orang lain merupakan kodrat yang dimiliki oleh manusia, atau memang sebuah kutukan dan ujian yang harus ditaklukkan?

Kita harus membaca situasi ini dalam sudut pandang yang lebih sederhana, sesederhana kompleksitas yang menyusun manusia. Dalam sebuah nasehat dijelaskan bahwa, setiap perbedaan adalah bagian dari diversity, keberagaman dan keunikan yang mendasar. Kita tidak akan pernah bisa menyatukan setiap perbedaan dan keberagaman yang telah tercipta. Kita tidak bisa menandingi rencana Tuhan, karena Tuhan Maha Kreatif.

Kembali lagi, bahwa kita adalah bagian dari diversitas yang kompleks. Oleh karena kekompleksan itulah, kita berbeda sama sekali dengan orang lain. 

Karena perbedaan inilah pada akhirnya perbandingan yang ingin dilakukan kepada diri sendiri dan orang lain menjadi tidak valid. Kita bisa menjelaskan ini dengan merujuk pada teori dasar klasifikasi dan perbandingan. 

Salah satu prinsip dasarnya adalah bahwa segala sesuatu yang akan diperbandingkan harus bersifat identik atau memiliki perbandingan yang sebanding dan menggunakan dasar yang sama. 

Jadi, sesuatu yang bisa diperbandingkan dan valid untuk dibandingkan adalah sesuatu yang memiliki dasar yang sama yang sebanding satu sama lainnya. sedangkan, merujuk pada definisi awal bahwa manusia satu sama lainnya bersifat unik dan beragam, sehingga tidak bisa diperbandingkan satu sama lainnya. inilah yang dimaksud sebagai kegiatan membandingkan diri sendiri dengan orang lain merupakan hal terbodoh yang dilakukan manusia dengan akalnya.

Namun, satu hal yang bisa diperbandingkan dengan persyaratan tertentu adalah perbandingan yang dilakukan dengan diri sendiri. Karena membandingkan diri sendiri dengan orang lain adalah hal yang mustahil, maka cara yang paling memungkinkan adalah membandingkan diri dengan diri sendiri. Karena diri sendiri itulah yang paling identik dan bisa diperbandingkan.

Membandingkan diri sendiri adalah dengan melihat pada perjalanan dan waktu yang telah dilalui. Membandingkan diri kita di masa lalu dengan diri kita di masa kini, apakah diri kita saat ini lebih baik daripada diri kita di masa lalu, atau jangan-jangan diri kita saat ini jauh lebih buruk dibanding diri kita di masa lalu. 

Dengan mengukur dan membandingkan diri kita sendiri, kita bisa menilai apakah kita sudah layak atau belum. Dalam pemikiran yang lebih jauh, sebenarnya kita tidak sedang membandingkan diri kita di masa lalu dan masa kini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun