Mohon tunggu...
Fadli
Fadli Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat sejarah dan budaya

Menyukai dunia sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dongeng Gajah Mina

28 Mei 2021   11:42 Diperbarui: 6 Maret 2023   16:37 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangkai paus yang terdampar

Pada tanggal 13 Januari 2005, masyarakat sekitar menemukan bangkai makhluk laut yang terdampar di pantai Kampung Dungun, Desa Teluk, Kecamatan Lingga Utara. Makhluk laut yang ditemukan dalam keadaan membusuk. Masyarakat penghuni kampung-kampung yang berada di Desa Teluk berbondong-bondong menuju pantai berpasir putih di sebelah utara Kampung Dungun untuk menyaksikan penampakan makhluk besar itu.

Sejak diketahui oleh penduduk sekitar, muncul cerita dari mulut ke mulut yang menyatakan makhluk yang ditemukan itu adalah gajah mina. Tidak ada yang membantah, dan sepertinya semua percaya adanya bangkai gajah mina yang terdampar. Muncul juga berita terdamparnya gajah mina di pantai dungun berkaitan paska tsunami besar yang melanda Aceh pada 24 Desember 2004. Ada yang mengira-ngira ombak besar tsunami  mengakibatkan bangkai gajah mina  hanyut ke pulau Lingga.

Pantai Dungun
Pantai Dungun
Gajah mina yang dipercayai oleh masyarakat itu menarik perhatian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga menginginkan tulang belulang gajah mina menjadi koleksi Museum Linggam Cahaya. Dari hasil pengukuran fisik yang dilakukan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga terhadap makhluk yang dianggap sebagai gajah mina,  diketahui sebagai berikut:
  • Panjang pangkal ekor--kepala 12,40 m
  • Panjang pangkal ekor--ujung ekor 1.80 m
  • Panjang gading/taring 2,40 meter
  • Tebal kulit: 10 cm
  • Panjang sirip (bawah) 78 cm
  • Lebar sirip (bawah) 47 cm

Bangkai hewan yang terdampar dipantai dibiarkan membusuk meninggalkan tulang belulang. Kabarnya tulang belulang dikumpulkan oleh keluarga Umar Senin penduduk kampung sekitar. Terdapat sepotong daging yang diduga alat kelamin jantan dikumpulkan bersama tulang belulang. Pada 6 Januari 2006, tulang belulang dan semua benda yang tersisa  diserahkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga untuk dijadikan koleksi Museum Linggam Cahaya.

Pada 30 Oktober 2012, sekali lagi dikirim tulang belulang makhluk yang dianggap gajah mina ke Museum Lingga Cahaya. Tulang belulang yang dikirim berasal dari temuan masyarakat di satu pulau yang masuk dalam wilayah Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga. Tulang belulang ini diletakkan di luar museum.

Gajah mina bermaksud gajah ikan. Mina berasal dari bahasa Sanskerta yang bermaksud ikan. Kisah gajah mina yang beredar di tengah masyarakat Lingga hanyalah cerita dongeng. Dalam dongeng masyarakat Lingga, gajah mina digambarkan sebagai makhluk laut raksasa yang berkepala seperti gajah dan tubuhnya berwujud ikan serta mempunyai sepasang gading. Dikisahkan, saat bulan terang gajah mina akan naik ke daratan untuk melahap daun pandan. Kisah gajah mina merupakan sisa-sisa kepercayaan pra Islam yang masih melekat kuat di tengah masyarakat Melayu Lingga.

Di dunia nyata jangan harap akan ditemukan makhluk gajah mina, karena hanya berada dalam dunia dongeng. Mereka yang percaya adanya gajah mina karena menemukan bangkai makhluk laut berukuran besar yang mempunyai sesuatu menyerupai gading. Dengan temuan itu, mereka mereka semakin percaya adanya gajah mina. Dilihat dari ukuran panjangnya, makhluk besar yang ditemukan itu bukan gajah laut, walrus, singa laut dan anjing laut. Jika diperhatikan dari foto bangkai dan tulang belulang yang ditemukan, lebih tepatnya makhluk yang berukuran besar dan panjang itu adalah salah satu jenis ikan paus. Dua benda yang dianggap sepasang gading sebenarnya adalah tulang rahang bawah ikan yang terpisah.

Gajah mina di dunia Melayu yang sebenarnya adalah ikan paus telah diketahui sejak lama. John Crawfurd dalam A Descriptive Dictionary of The Indian Islands end Adjacent Countries yang terbit tahun 1856 menjelaskan ikan paus yang tidak pernah sering berada di pesisir Jawa, dikenal oleh orang Melayu dan Jawa pada umumnya dengan nama Sanskerta gajah mina yang berarti ikan gajah. Dari pemberitaan KOMPAS.Com pada 24 Maret 2021, masyarakat di Natuna menemukan bangkai hewan besar laut yang diyakini mereka sebagai gajah mina dan menurut Sekar Mira peneliti mamalia laut dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, bangkai hewan besar yang ditemukan itu adalah paus baleen.

Kisah gajah mina merupakan bagian dari khazanah  dongeng masyarakat Lingga. Dari kisah gajah mina dapat diketahui sejak lama ikan paus kadang kala terdampar di daerah Lingga. Ikan paus yang terdampar dalam keadaan hidup perlu diselamatkan. Ikan paus perlu dilestarikan oleh kita semua dan semoga dongeng gajah mina dapat memberikan dorongan kepada masyarakat untuk selalu menjaga lautan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun