Mohon tunggu...
Muhammad Fachri
Muhammad Fachri Mohon Tunggu... Freelancer - #OpenToWork

Mengisi waktu untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersama Sejarah Kita Belajar Jatuh Cinta

21 September 2020   11:27 Diperbarui: 21 September 2020   11:45 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberitaan Media Daring/kolase pribadi dari laman kompas.com, solopos.com, pikiran-rakyat.com

Bersama sejarah kita mengerti bahwa kehidupan ini berdampingan dengan masyarakat dan kebudayaan yang majemuk, sejarah juga mengajarkan pengalaman bagi manusia.

Sejarah merupakan sebuah petunjuk, sejarah bukan mitos, sejarah mengajarkan kita untuk berpikir kritis mengapa sesuatu bisa terjadi, dan sejarah adalah tentang rekonstruksi masa lalu. Seperti ungkapan Latin menyebutkan Historia Magistra Vitae yang berarti “Sejarah Guru Kehidupan”. Semestinya, dengan belajar sejarah berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dapat dipecahkan melalui pembacaan ulang sejarah.

Sejarah merupakan sebuah petunjuk untuk umat manusia. Disadari atau tidak, sejarah merupakan cara kita sekarang untuk mengetahui masa lampau. 

Menurut Harris, “sejarah mengajarkan kita sesuatu tentang kemajuan umat manusia, bahwa sejarah itu menceritakan kepada kita beberapa semangat luhur yang meninggalkan jejak-jejaknya sepanjang masa, bahwa sejarah itu menunjukkan kepada kita bagaimana bangsa-bangsa di muka bumi ini saling berjalin dalam satu tujuan, atau diterangi dengan ide-ide besar dan tujuan-tujuan mulia yang telah memancarkan kesadaraan kemanusiaan” (Harris, 1930: 8).

Sejarah berbeda dengan mitos. Biasanya, bangsa yang belum mengenal tulisan akan mengandalkan mitos. Sedangkan sejarah mengandalkan tulisan, karena ketika seorang sejarawan akan menulis kisah masa lampau, hal pertama yang dilakukan adalah mencari atau menemukan jejak-jejak (traces) yang ditinggalkan. Menurut Renier, jejak adalah tanda bukti (evidences) dari serangkaian peristiwa. Jadi, harus dicari hubungan antara jejak yang ditinggalkan dengan peristiwa (Herlina, 2015: 7).

Penjelasan di atas membuka jendela untuk berpikir lebih luas mengenai pentingnya belajar sejarah. Maka, mata pelajaran sejarah di tingkat SMA sederajat harus tetap menjadi mata pelajaran wajib, karena nilai-nilai pelajaran yang terkandung dalam sejarah berguna untuk pedoman hidup dan inspirasi sebelum mengambil tindakan keputusan di masa yang akan datang agar tidak kehilangan arah. 

Di sisi lain, pelajaran sejarah sangat penting untuk mengembangkan jati diri bangsa. Misalnya, bangsa Afrika menggunakan sejarah sebagai instrumen untuk membangkitkan jati diri bangsa dan kebanggaan kebudayaan hitam Afrika.

Apabila kedepan rencana penghapusan mata pelajaran sejarah kembali menjadi isu atau terwujudkan tanpa pertimbangan, maka sudah menghiraukan semboyan Soekarno yaitu “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Apa jadinya jika generasi yang akan datang tidak mengetahui sejarah bangsanya sendiri? Luntur sudah jati diri bangsa ini.

 “Bersama sejarah kita belajar jatuh cinta” - Kuntowijoyo

Sumber:

Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun