Mohon tunggu...
Muhammad Fachri
Muhammad Fachri Mohon Tunggu... Freelancer - #OpenToWork

Mengisi waktu untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

5 Oktober 1965: Keceriaan Menjadi Kesedihan

4 Oktober 2017   08:51 Diperbarui: 4 Oktober 2017   09:06 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: bintang(dot)com

Setiap 5 Oktober diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI), namun juga suatu hal yang berkaitan dengan kejadian mengenaskan pada 30 September 1965 (G-30-S). Pada malam 30 September 1965 PKI (terutama Aidit) berpikir untuk segera menjemput beberapa Jenderal yang dianggapnya berbahaya, jenderal-jenderal tersebut diantaranya, Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen M.T. Harjono, Letjen S. Parman, Mayjen D.I. Pandjaitan, Mayjen Sutoyo, dan Kapten P. Tendean. Jenderal-jenderal tersebut dibawa ke Lubang Buaya untuk segera dieksekusi. Hal ini dikhawaitrkan PKI karena mereka takut Angkatan Darat akan menjadi pemimpin bangsa ini ketika Soekarno turun dari kedudukannya.

Masih dibulan Oktober 1965, tidak lama setelah peristiwa G-30-S, Brigadir Jenderal Sucipto membentuk sebuah oraganisasi yang dinamakan Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September (KAP Gestapu). Oraganisasi ini dibuat tampak seperti oraganisasi sipil biasa. Pada 4 Oktober 1965 KAP Gestapu menyelanggarakan konferensi pers yang dihadiri oleh Subchan Z.E dari Nahdlatul Ulama sebagai orang yang telah lama bekerja sama dengan Angkatan Darat (AD) yang sangat anti-PKI.

Keesokan harinya, Pada 5 oktober 1965, diperingati sebagai hari jadinya Angkatan Bersenjata/ TNI. Namun, persiapan yang telah direncanakan dengan penuh keceriaan, menjadi sebuah hari yang penuh tangisan. AD yang telah dijadwalkan mengikuti parade militer, tidak mengikuti sesuai jadwal. AD melakukan prosesi pemakaman besar-besaran kepada 7 Jenderal yang tewas akibat peristiwa malam satu oktober. Dalam acara prosesi pemakaman tersebut, AD meluncurkan sebuah buku setebal 130 halaman yang isinya merupakan catatan-catatan peristiwa G-30-S serta menuduh PKI dalang dari semua ini.

Tanggal 5 Oktober 1965 merupakan tanggal dimana AD mulai melakukan serangan-serangan kepada PKI. Para jenderal berkumpul untuk segera mengganyang PKI, hal ini dirasa tepat sebagai penindasan PKI sebagaimana yang telah direncanakan. Amerika Serikat menjamin bahwa tidak akan ada serangan lain ketika Angkatan Darat fokus mengganyang PKI (pada saat itu sedang gencar anti-Malaysia yang dikompori oleh Presiden Soekarno).

AD telah berencana menumpas habis PKI. Hal ini ditegaskan Jend. Nasution dan Jend.Ahmad Yani kepada Amerika bahwa AD secara padu anti-Komunis serta akan berusaha agar Komunis tidak menjadi ideologi bangsa Indonesia, terlebih Ahmad Yani sudah memiliki rencana kasar sejak tahun 1960 tentang mengganyang PKI, bahkan ia menambahkan bahwa 120 komandan batalyon sudah dipersiapkan diseluruh tanah air. Disisi lain Amerika Serikat menyatakan kepada Jend. Nasution dan Suharto bahwa mereka akan terus membantu AD untuk terus melawan PKI.

Di Jawa Tengah, Angkatan Darat mengerahkan sukarelawan pemuda muslim untuk ikut serta melawan PKI. Amerika Serikat membantu Angkatan Darat dengan mengirimi alat komunkasi yang saat itu merupakan sesuatu yang canggih, yaitu sebuah perangkat komunikasi radio lapangan.

Hal ini merupakan salah satu bentuk strategi perlawanan dari AD untuk menumpas PKI, karena lebih dari setengah juta orang menjadi korban keganasan dari G-30-S. Presiden Soekarno menambahkan bahwa ia bersikeras untuk menghabiskan PKI, karena ia yakin dalang semua ini merupakan hasil strategi dari PKI. Namun Soekarno terus berusaha menyelidiki siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini.

Sumber:

Roosa, John. 2008. Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto. Jakarta: Hasta Mitra

"Pahlawan Revolusi" melalui satujam(dot)com

Pusat Penerangan Angkatan Darat, Fakta-fakta Persoalan Sekitar "Gerakan 30 September," Penerbitan Khusus no. 1,5 Oktober 1965, 15-18.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun