Mohon tunggu...
Adik Manis
Adik Manis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

*A simple girl* *Penikmat & pelajar fenomena kehidupan*

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Menanggapi Anak yang Mengaku Tertarik Kepada Lawan Jenis

19 Maret 2014   16:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa hari yang lalu seorang teman bercerita tentang seorang anak usia 6 tahun tertarik kepada guru Sekolah Minggunya yang berusia 20an tahun. Teman saya menanggapi bahwa tidak boleh pacar-pacaran, tugasnya adalah belajar. Ya, saya cuma sekedar tertawa mendengar kronologi cerita itu meski sebenarnya saya kurang setuju dengan respon itu, tapi bukan wewenang saya untuk menggurui, paling tidak saya dapat inspirasi untuk menulis.

Respon itu memang ada benarnya tapi menurut saya sedikit keliru, mungkin karena biasanya orang dewasa tidak mau repot memberikan jawaban panjang lebar. Yang ingin saya tekankan bahwa tertarik kepada lawan jenis itu hal yang normal & manusiawi, jadi tak perlu ditanggapi terlalu berlebihan seolah-olah itu sesuatu di luar dari hal yang wajar & menjadi salah besar.

Akan lebih baik jika kita merespon: "Kenapa suka dengan dia?", dengan begitu kita mengajak anak untuk belajar menilai sesuatu hal yang baik & belajar mengeluarkan pendapat. Kalau dia sudah menjawab, maka kita beritahu bahwa untuk disukai oleh orang lain kita harus bersikap baik agar kelihatan menarik. Dengan begitu kita mengajarkan mereka untuk mengagumi ciptaan Tuhan.

Kalau mereka bilang dia kan cantik atau tampan makanya saya suka, itu pertanda baik karena ternyata kemampuan anak untuk menilai sesuatu yang baik & indah itu sudah mulai berkembang, jika sudah begitukatakan saja bahwa orang yang tidak begitu cantik & tampan tapi memiliki sikap yang baik, murah senyum & rajin belajar juga akan nampak menarik untuk disukai & memiliki teman yang banyak. Dengan begitu, mereka akan belajar memahami bahwa daya tarik itu tidak harus selalu dari kondisi fisik saja & juga belajar untuk melihat keindahan & kebaikan dari sisi lain sekaligus menjadi motivasi bagi dirinya sendiri untuk mengembangkan diri dengan belajar. Nah, dengan begitu anak akan terinspirasi dengan sendirinya untuk rajin belajar tanpa kita suruh.

Kalau mereka katakan "saya sayang dia & menginginkan dia", puji dia karena ia sudah mampu untuk belajar menyayangi orang lain tapi menekankan bahwa semua orang diciptakan untuk menjadi teman semua orang, jadi tidak bisa dimiliki hanya 1 orang saja, karena yang sayang dia juga banyak. Itu akan mengajarkan anak untuk terbiasa tidak cemburu berlebihan.

Jangan langsung menggunakan kata yang erat kaitannya dengan hubungan orang dewasa seperti "pacaran & jatuh cinta" untuk medefinisikan apa yang dia rasakan, karena memang belum sampai ke situ. Apalagi dengan respon melarang. Saya bersyukur bahwa saya tidak pernah mendengar dari mama mengenai larangan berpacaran tapi juga tidak menganjurkan untuk berpacaran kecuali saat saya berusia 20 tahun baru mama bertanya kenapa saya tak punya pacar, tapi toh saya rajin belajar & menganggap bahwa belajar itu bukan mengenai pelajaran sekolah saja tapi dari hubungan kita dengan orang lain dengan begitu EQ & SQ kita juga ikut terasah bukan hanya IQ.

Banyak orangtua yang hanya melarang anak untuk pacaran tanpa memberikan pertimbangan mengenai konsekuensi jika hidup dengan tidak seimbang (hanya tahu pacaran tapi lupa belajar), seolah-olah pacaran itu haram padahal itu bisa menjadi sekolah untuk mengolah emosi menjadi lebih baik.

Bayangkan jika mereka beranjak remaja & kita melarang mereka, mereka akan belajar menjadi pribadi tertutup mengenai perasaannya terhadap seseorang kepada kita, sehingga ia akan sembunyi-sembunyi menjalin hubungan tanpa sepengetahuan kita karena mereka tahu bahwa kita tak akan setuju, sehingga kita menjadi orang tak dapat mereka percaya.

Intinya menjadi sahabat anak-anak untuk mengarahkan mereka & mengevaluasi hasil belajar mereka melalui diskusi yang saling terbuka. Dengan begitu anak juga belajar untuk memahami perasaan orang terdekatnya atau orangtuanya.

Paling tidak kita sudah mengajarkan mereka kebebasan yang bertanggungjawab, bagaimana menjalani hidup ini dengan seimbang & menjadi pribadi yang bisa dipercaya.

Lah, kalau ternyata kita bisa mengajarkan banyak hal kepada anak-anak hanya dengan satu masalah, mengapa memilih cara instan yang hanya menanamkan bahwa pacaran itu dilarang. ehehehe ;)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun