Mohon tunggu...
Meyana Sari
Meyana Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi Uinsu Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis JNE Tetap Melesat di Tengah Pandemi

13 Agustus 2020   13:52 Diperbarui: 13 Agustus 2020   14:17 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pandemi COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit corona virus 2019 (COVID-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh corona virus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kasus positif COVID-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang.

Sampai tanggal 8 Agustus 2020, Indonesia telah melaporkan 123.503 kasus positif, kedua terbanyak di Asia Tenggara setelah Filipina. Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati peringkat kelima terbanyak di Asia dengan 5.658 kematian.Namun, angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus kematian dengan gejala COVID-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites.Sementara itu, diumumkan 79.306 orang telah sembuh, menyisakan 38.539 kasus yang sedang dirawat.

Pemerintah Indonesia telah menguji 1.693.880 sampel dari 273,6 juta penduduk, yang berarti hanya sekitar 6.186 pengujian per satu juta penduduk, menjadikannya salah satu negara dengan jumlah rasio pengujian terendah di dunia. Sebagai tanggapan terhadap pandemi, beberapa wilayah telah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sebagian wilayah tersebut telah mengakhiri masa PSBB dan mulai menerapkan kenormalan baru (new normal).

Kegiatan ekonomi kembali dibuka setelah pelonggaran PSBB. Ada yang khawatir hal ini bisa mengundang terjadinya gelombang kedua (second wave) COVID 19 walaupun kegiatan ekonomi baru dibuka secara terbatas.  Salah satunya jasa pengiriman atau logistik terus melesat di tengah Covid 19 dan pelaksanaan PSBB oleh pemerintah. Industri logistik justru diuntungkan dengan adanya PSBB. Logikanya , selama PSBB banyak orang yang tinggal di rumah sehingga menyebabkan belanja online meningkat drastis. Imbasnya , bisnis logistik turut naik karena belanja online butuh layanan pengiriman barang. Hal inilah yang dirasakan perusahaan jasa pengiriman atau logistik, JNE.

Pemanfaatan teknologi dan informasi menyebabkan perubahan dalam kebiasaan atau habitat yang baru pada bidang bisnis tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan keberadaan JNE ( Jalur Nugraha Ekakurir) sebagai perusahaan jasa pengiriman barang online yang paling dikenal di Indonesia. Seperti diketahui, PT.Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) sendiri merupakan sebuah perusahaan pengiriman logistik terbesar yang mempunyai agen sebanyak 6.800 (2018) tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Perkembangan produk layanan dimunculkan JNE antara lain, menyediakan jasa kurir, logistic, money remittance hingga jasa kargo. Seiring berjalannya waktu JNE meraih pasarnya. Perlahan-lahan JNE menemukan banyak layanan baru yang tidak terpikir sebelumnya.

Semakin menjamurnya bisnis online dewasa ini turut menumbuhkan prospek bisnis jasa pengiriman atau ekspedisi. Saat ini saja menurut data dari ASPERINDO (Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia) tak kurang ada sekitar 167 perusahaan pengiriman (ekspedisi) yang terdaftar di Indonesia. Namun hanya sedikit yang mampu meraup market share di dalam bisnis ini beberapa diantaranya adalah PT. Pos Indonesia, JNE, TIKI, RPX Holding, Wahana dan Pandu Logistic.

Perubahan sosial selalu dipengaruhi oleh hal-hal baru di masyarakat yang menciptakan suatu keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelumnya dalam sistem sosial. Jadi pada kondisi sosial lama terdapat perbedaan, kemudian pada waktu yang berbeda dan diantara sistem sosial yang sama. Maka kondisi tersebut akan melahirkan perubahan sosial.

Perubahan sosial tidak bisa kita hindari itu akan terus datang dan sulit untuk diprediksi. Untuk itu, sebagai masyarakat harus bijak menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Karena kita tidak akan tau perubahan apa lagi yang akan muncul dan bagaimana efeknya.
Di masa pandemi ini masyarakat mengalami perubahan pola konsumsi yang awalnya offline menjadi online. Pembelian online (online shopping) mulai beralih dari produk yang sifatnya keinginan ke produk yang sifatnya kebutuhan. Dengan semakin tingginya minat akan online shopping brand-brand mulai menghadirkan platform omni channel sendiri baik dari website atau pshycal channels. Hal ini akan menimbulkan gaya hidup baru masyarakat seperti dalam berbelanja online untuk mengindari paparan virus hingga menghindari kerumunan seperti konser musik.

Larangan penggunaan prasarana transportasi di masa pandemi baik transportasi darat, perkeretaapian, laut dan udara menjadi salah satu kebijakan pemerintah dalam mengindari penyebaran virus corona di masa pandemi. Hal ini tentunya akan menghambat segala aktivitas masyarakat termasuk belanja kebutuhan sehari-hari. Dengan kebijakan ini tentunya masyarakat akan mencari solusi agar tetap mematuhi aturan namun kebutuhan juga tetap terpenuhi. Sistem online ini akan sangat berpengaruh dan membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sekunder dan primer. Dengan meningkatnya minat belanja online masyarakat di masa pandemi ini tentunya perusahaan jasa pengiriman JNE juga akan meningkat drastis.

Perusahaan jasa pengiriman JNE  hingga saat ini beroperasi secara normal. Selain itu, permintaan aktivitas logistik terutama jasa pengiriman masih ada guna memenuhi kebutuhan masyarakat ditengah upaya tetap di rumah. Feriadi menuturkan, pada saat PSBB dan jelang Idulfitri seperti ini, pengiriman barang dan logistik mengalami peningkatan sebesar 30 persen. Hal ini tidak jauh beda dengan peningkatan yang dialami JNE selama periode Idulfitri di tahun lalu. "Kalau rata-rata kiriman per hari JNE katakan satu juta kiriman dalam kondisi normal, saat peak penambahannya bisa sampai 30% bahkan lebih, saat ini peak-nya belum selesai jadi bisa saja bertambah."
Walaupun operasional JNE terus berjalan, JNE tetap menaati protokol kesehatan Covid-19 seperti menggunakan masker, menjaga jarak, menyediakan hand sanitizer, dan lain-lain. Untuk tetap menjaga keamanan dan kebersihan mereka menginstruksikan seluruh cabang untuk menyediakan alat kebersihan diri dan masker kepada karyawan yang bertugas, melakukan proses disinfektan pada paket yang akan dikirimkan dan serta disinfeksi armada kendaraan. Setiap harinya juga menerapkan protokol kesehatan di internal perusahaan melalui pengecekan suhu tubuh karyawan secara berkala serta mulai memberikan vitamin kesehatan. Dengan demikian masyarakat tidak perlu khawatir jika menggunakan jasa pengiriman sebab JNE di masa pandemi seperti ini sudah mengedepankan keamanan dan kebersihan agar melindungi dan mencegah penyebaran virus corona bagi pengguna jasa.

Di masa pandemi ini proses pengiriman barang akan terus diupayakan semaksimal mungkin oleh pihak JNE dengan memanfaatkan moda transportasi yang masih dapat digunakan menuju lokasi yang aksesnya sebagian ditutup. JNE sendiri telah menyediakan 45.000 karyawan diseluruh kantor pusat dan cabang serta karyawan mitra atau agen JNE dengan lebih dari 10.000 armada berbagai jenis kendaraan mulai dari sepeda motor sampai truk besar. JNE memiliki sekitar 7000 titik layanan di seluruh Indonesia mulai dari kota kecil hingga kota besar. Layanan penjemputan dan pengantaran juga menjadi salah satu poin bagi masyarakat lebih percaya pada JNE.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun